Foto diambil dari : Focus Taiwan
Lokakarya kecantikan dan tata rias gratis untuk pekerja migran Indonesia ternyata menjadi tren pada hari Minggu dengan puluhan peserta memadati Pusat Pameran Indonesia di Taipei, yang ingin memperoleh keterampilan kewirausahaan dalam persiapan untuk kembali ke tanah air.
Lebih dari 60 perempuan pekerja migran Indonesia mengikuti kursus "Pelatihan Rias Wajah Level 2", yang merupakan bagian dari rangkaian lokakarya yang diselenggarakan oleh Kantor Perekonomian dan Perdagangan Indonesia (KDEI) untuk memberdayakan para pekerja migrannya sehingga mereka memiliki kesempatan untuk membuka usaha kecil ketika mereka kembali ke tanah air.
Kursus tata rias pada hari Minggu dipimpin oleh empat instruktur - satu orang Indonesia-Taiwan dan tiga orang Taiwan - yang mengajarkan keterampilan dan teknik tata rias untuk pernikahan dan acara formal lainnya.
Instruktur mengajar di depan kelas sambil diproyeksikan ke layar besar sehingga semua peserta dapat mengikuti langkah-langkah di meja rias mereka sendiri.
Instruktur Indonesia-Taiwan, Jenny Ho (何雅玲), yang dikenal masyarakat Indonesia sebagai "Jenny JR," mengatakan kepada CNA bahwa dia merasa sangat puas ketika murid-muridnya dapat belajar darinya dan berhasil membuka usaha sendiri ketika mereka kembali ke kampung halaman di Indonesia.
“Bisa membantu mereka untuk sukses saat kembali ke Indonesia tentu sangat membanggakan, karena mereka adalah saudara sebangsa saya,” kata Jenny JR, yang mengoperasikan salon kecantikan di Taipei dan Taoyuan.
Salah satu peserta, Sry Susi Susanti, 32 tahun, mengatakan kepada CNA bahwa dia merasa kursus ini sangat penting karena dia ingin memulai bisnis rias untuk pernikahan di kota kelahirannya setelah dia selesai bekerja di Taiwan.
Susi saat ini bekerja di sebuah rumah pribadi di New Taipei, sementara suaminya, yang juga seorang pekerja migran, bekerja di sebuah pabrik di Taichung. Pasangan itu juga memiliki seorang putra berusia 12 tahun di Indonesia yang dirawat oleh kerabatnya.
“Rencana masa depan saya ketika saya kembali ke Indonesia adalah membuka usaha rias sendiri untuk pernikahan di mana saya bisa bersama suami saya karena dia bisa menjadi fotografer,” kata Susi yang sudah delapan tahun bekerja di Taiwan.
Dia merasa kursus rias sangat berguna karena ada banyak pernikahan dan perayaan yang terjadi di kota Bima di provinsi Nusa Tenggara Barat, Indonesia tengah.
Noerman Adhiguna, seorang analis di departemen tenaga kerja KDEI, mengatakan kepada CNA bahwa mereka berencana untuk terus mengadakan berbagai pelajaran untuk mengajarkan keterampilan membuat kerajinan tangan, kuliner, tata rias dan kecantikan, serta program pelatihan terkait lainnya secara gratis. Targetnya, tahun ini bisa mengajar hingga 500 pekerja migran Indonesia.
Ada 240.509 pekerja migran Indonesia di Taiwan, 170.023 di antaranya adalah perempuan, menurut data yang dirilis Kementerian Tenaga Kerja Taiwan pada akhir Agustus.