Foto: Focus Taiwan
Indosuara — Masjid Agung Taipei pada hari Sabtu mengadakan "Festival Indonesia di Taiwan" yang pertama untuk mempromosikan budaya Indonesia dan mendorong pertukaran budaya bilateral, menarik peserta dari komunitas Taiwan dan Indonesia.
Dilansir oleh Focus Taiwan, acara yang menampilkan bazar dengan sekitar 10 stan budaya dan stan makanan Indonesia ini, disponsori oleh Masjid Agung Taipei, Kantor Ekonomi dan Perdagangan Indonesia di Taipei, dan Asosiasi Mahasiswa Muslim Indonesia di Taiwan.
Di stan pertama saat memasuki masjid, Kartika Dewi sibuk mengajarkan pengunjung cara membuat pakaian menggunakan batik, sebuah teknik tradisional Indonesia yang melibatkan pencelupan dengan lilin pada selembar kain utuh.
Foto: Focus Taiwan
Kartika, wakil presiden Indonesian Diaspora Network di Taiwan, mengatakan bahwa pertukaran budaya melalui batik adalah sesuatu yang dapat dinikmati baik oleh orang Indonesia maupun Taiwan.
"Ketika Anda berbicara tentang budaya, semua orang dari komunitas yang berbeda bisa terhubung," katanya.
Dia mengatakan bahwa pertukaran budaya memiliki hambatan yang lebih rendah dibandingkan dengan pertukaran agama, dengan menambahkan bahwa beberapa masjid tidak mengizinkan non-Muslim untuk masuk.
Foto: Focus Taiwan
Menikmati keseruan membuat pakaian dengan batik, Huang Yi-ting (黃逸廷), seorang mahasiswa tahun kedua yang mengambil jurusan Bahasa dan Budaya Asia Tenggara di Universitas Nasional Chengchi, mengatakan bahwa dia merasa tertarik dengan kegiatan yang diadakan oleh orang Indonesia di Taiwan dan ingin berpartisipasi.
"Saya merasa suasana di sini sangat baik, semua orang berkumpul dan bersenang-senang," kata pemuda berusia 20 tahun itu, yang telah mengembangkan apresiasi terhadap budaya Indonesia melalui studinya.
Dia mengatakan bahwa dia sangat menikmati perpaduan agama, budaya, dan cara hidup di Indonesia.
Huang, yang berencana bekerja di Indonesia setelah lulus, mengatakan kepada CNA bahwa kunjungannya ke Yogyakarta, membuatnya menyadari bahwa dia lebih cocok tinggal di Indonesia daripada di Taiwan karena lambatnya laju kehidupan dan kelembapan yang tidak terlalu intens.
Foto: Focus Taiwan
Cheng Tai-hsiang (鄭泰祥), ketua Masjid Agung Taipei, mengatakan bahwa selain mempromosikan pertukaran budaya bilateral, acara tersebut juga bertujuan untuk menunjukkan rasa terima kasih kepada orang Indonesia di Taiwan atas kontribusi mereka di pasar tenaga kerja lokal.
Ketika suhu mencapai 34 derajat Celsius pada Sabtu sore, Rakha Ramadhana, direktur panitia penyelenggara festival, menyebutkan bahwa cuaca yang tidak nyaman, ditambah dengan banyak orang Indonesia yang sedang berlibur di negara mereka, adalah beberapa alasan mengapa hanya 100 peserta yang menghadiri acara tersebut.
Foto: Focus Taiwan