Foto: CNA
Indosuara — Baru-baru ini di media sosial Indonesia beredar video Presiden Joko Widodo menyampaikan pidato dalam bahasa Mandarin yang fasih. Dalam video tersebut, Jokowi mengaku bahwa dirinya “tumbuh sebagai seorang pengusaha dan tidak menyukai hal-hal yang menjadi lebih rumit. Saya suka kesederhanaan dan efisiensi.” Video berdurasi sekitar 1 menit ini secara resmi diklarifikasi sebagai video palsu yang dibuat oleh AI dan meminta masyarakat untuk tidak memposting ulang.
Dikutip dari CNA, Video palsu Presiden Indonesia Joko Widodo yang fasih berbahasa Mandarin ini beredar luas di masyarakat Indonesia. Karena terlalu banyak orang yang mempercayai kebenarannya, Kementerian Komunikasi dan Informatika RI mengeluarkan siaran pers pada tanggal 26 untuk mengklarifikasi bahwa video tersebut adalah Video palsu yang dibuat oleh kecerdasan buatan (AI) diedit untuk mencoba menyesatkan publik dan menyerukan "berhenti menyebarkan video dengan informasi palsu".
Dalam video palsu tersebut, Jokowi mengungkapkan di layar: "Bapak dan Ibu, saya tumbuh sebagai pengusaha selama 22 tahun. Saya tidak suka hal-hal menjadi lebih rumit, saya suka hal-hal yang sederhana dan efisien." Video itu juga menyebutkan bahwa dirinya mendirikan komunitas pengelola teh tujuh minggu lalu. Video menjadi lebih meyakinkan dengan latar belakang suara dan gelak tawa penonton membuatnya terlihat nyata.
Namun, Semuel Pangerapan, Direktur Kementerian Komunikasi dan Informatika RI, menegaskan bahwa video tersebut mirip dengan video yang diunggah Asosiasi Amerika Serikat dan Indonesia (USINDO) pada 13 November 2015. “Secara visual, video tersebut persis sama. sama. Tapi ini adalah pengeditan teknologi AI menggunakan deepfake.”
Ia mengklarifikasi bahwa dalam video tahun 2015 tersebut, Jokowi tidak menggunakan bahasa Mandarin dan "ini adalah pesan yang salah." Ia mengingatkan masyarakat untuk berhati-hati dalam mengakses informasi yang mungkin dimanipulasi, dan memperingatkan “untuk tidak menyebarkan segala bentuk konten hoaks atau informasi palsu melalui platform digital.”
Kementerian Komunikasi dan Informatika RI menghimbau masyarakat untuk berhati-hati dalam memperoleh informasi yang dapat dimanipulasi atau diputarbalikkan, serta mengacu pada sumber yang kredibel, seperti website pemerintah dan media yang kredibel, kata dia.