Foto: Taiwan News
Indosuara — Seorang pekerja migran meninggal di sebuah pabrik Taiwan yang berbasis di Tiongkok setelah bekerja dalam shift malam selama dua minggu berturut-turut.
Dikutip dari Taiwan News, seorang pria berusia 23 tahun bermarga Xu (徐) meninggal di asramanya pada 14 Agustus setelah hampir dua minggu bekerja shift malam lebih dari 12 jam, menurut Buletin Buruh Tiongkok. Xu bekerja di pabrik elektronik yang berbasis di Jiangsu untuk perusahaan Taiwan Qisda Corporation, yang memasok ke Dell, HP, dan BenQ.
Xu ditemukan tewas di asramanya setelah dia gagal masuk kerja. Sebelumnya Xu dilaporkan dalam kondisi kesehatan yang baik dan tidak memiliki kondisi medis yang mendasarinya ketika ia mulai bekerja di pabrik tersebut pada bulan Juli.
Menurut China Business Daily, Xu berasal dari provinsi Yunnan di Tiongkok dan melakukan perjalanan ke Jiangsu untuk bekerja setelah putus sekolah. Saudara laki-laki Xu mengatakan, otopsi terhadap saudaranya tidak dilakukan karena mahalnya biaya layanan.
Qisda Corporation mengatakan kematian tersebut merupakan kecelakaan yang tidak berhubungan dengan pekerjaan. Namun, para pekerja di pabrik melaporkan upah yang rendah, jam kerja yang panjang, dan kondisi yang buruk.
“Bekerja di… Qisda sangat melelahkan,” demikian ulasan para pekerja mengenai kondisi kerja pabrik. “Saat sibuk, Anda bekerja 13 jam sehari… Anda tidak diperbolehkan istirahat sebentar,” tambahnya.
Saudara laki-laki Xu mengatakan bahwa keluarga tersebut pada awalnya ditawari antara 30.000 hingga 50.000 yuan sebagai kompensasi. Keluarga tersebut pertama kali meminta 1 juta yuan tetapi dilaporkan menerima 200.000 yuan dari perusahaan pada bulan Oktober setelah negosiasi.
Menurut serikat pekerja setempat, tidak ada serikat pekerja yang berfungsi di pabrik Qisda. Namun, Buletin Buruh Tiongkok menemukan bukti adanya latihan keselamatan pekerja yang dilakukan di pabrik pada bulan Mei