Foto: Biro Imigrasi Taiwan
Indosuara — Xiao Hong (42), seorang Imigran baru dari Indonesia di Taiwan mendapat bantuan untuk membuka usaha Asosiasi Kesejahteraan Benih Cinta Taiwan. Bantuan yang diberikan oleh sebuah organisasi yang bergerak di bidang pemberdayaan ibu tunggal ini diharapkan dapat membantu Hong yang sudah puluhan tahun tinggal di Taiwan.
Dikutip dari Badan Imigrasi Taiwan, Xiao Hong, menikah pada usia 17 tahun dengan suami yang 23 tahun lebih tua darinya, dan mereka memiliki tiga anak laki-laki. Ketika anak-anaknya masih sangat muda, suaminya meninggal mendadak akibat stroke karena minum alkohol berlebihan. Xiao Hong kemudian menanggung beban ekonomi keluarganya sendirian. Dia pernah bekerja sebagai pelayan di restoran dan sekarang bekerja sebagai petugas kebersihan.
Kini berkat bantuan dari asosiasi, ia dilatih untuk berjualan dan membangun usaha sendiri di hari libur. Kini ia menjual ubi bakar di pasar malam.
Perjuangan Hong memang tidak mudah. Tidak lama setelah menikah di usia belasan, Hong langsung memiliki anak. Saat melahirkan anak kedua,, Xiao Hong baru mengetahui bahwa suaminya mengidap penyakit mental. Anak sulungnya, yang pada usia 3 tahun belum bisa berbicara, juga didiagnosis menderita autisme dan ADHD. Sebelum usianya 20 tahun, Xiao Hong harus bekerja paruh waktu sambil merawat tiga anaknya yang masih kecil serta suaminya yang emosional tak stabil. Setelah suaminya meninggal, Xiao Hong membesarkan ketiga anaknya sendirian.
Xiao Hong telah bertahan selama 17 tahun. Restoran tempatnya bekerja ditutup karena pandemi, sehingga dia beralih profesi menjadi petugas kebersihan.
Sekarang, dia terlibat dalam program bimbingan pekerjaan yang digagas oleh asosisi. Itu sebabnya dia mulai menjual ubi di hari libur. Xiao Hong merasa bahwa dengan bantuan asosiasi, ia bisa mendapat tambahan pendapatan. Meskipun tidak banyak, diakuinya hasil dari usaha ini sangat membantu, dan dia sangat bersyukur.