Foto diambil dari Taipei Zoo.
Seekor kuda nil kerdil bernama Moo Deng dari Khao Kheow Open Zoo di Thailand, yang terkenal karena penampilannya yang menggemaskan dan kelakuannya yang lucu, baru-baru ini menjadi viral di seluruh dunia.
Seperti yang dilansir dari CNA, Taipei Zoo baru-baru ini mengumumkan bahwa seekor kuda nil kerdil bernama Thabo yang berasal dari Singapore Zoo telah tiba di kebun binatang tersebut, dan akan dipersiapkan untuk bertemu dengan pengunjung setelah menyelesaikan masa karantina selama satu bulan. Ia dijadikan meme di media sosial dan diabadikan dalam berbagai produk barang dagangan, bahkan memiliki halaman Wikipedia sendiri. Gerak-geriknya mendapatkan perhatian dari penggemar di seluruh dunia.
Ke depannya, pengunjung di Taipei Zoo juga berkesempatan melihat kuda nil kerdil yang menggemaskan. Kebun binatang tersebut, bekerja sama dengan Asosiasi Kebun Binatang dan Akuarium Eropa (EAZA) dan Asosiasi Kebun Binatang dan Akuarium Amerika (AZA), telah mendatangkan Thabo, seekor kuda nil kerdil jantan dari Singapore Zoo.
Melalui siaran pers Rabu (20/11), Taipei Zoo menjelaskan bahwa Thabo baru saja merayakan ulang tahunnya yang kedua pada September. Namanya dalam bahasa Nguni Afrika Selatan berarti "Kebahagiaan" dan "Keceriaan", dengan makna penuh harapan agar Thabo yang masih muda ini dapat membawa harapan dan energi positif untuk upaya konservasi serta menjaga keragaman genetik spesies yang terancam punah ini, Taipei Zoo menyampaikan. Taipei Zoo menyatakan bahwa Thabo tiba pada Selasa dan telah memulai masa karantina selama satu bulan.
Menurut pihak kebun binatang, para penjaga mengamati bahwa Thabo makan dan buang air dengan normal, senang bermain air di bak mandi, dan dalam kondisi sangat baik.
Setelah menilai tingkat adaptasinya, kebun binatang tersebut menyampaikan, ia akan dijadwalkan untuk bertemu pengunjung setelah masa karantina usai. Taipei Zoo menjelaskan bahwa kuda nil kerdil adalah spesies terancam punah yang awalnya ditemukan di Afrika Barat.
Mereka menghadapi ancaman kehilangan habitat, perburuan ilegal, dan gangguan akibat aktivitas manusia, yang menyebabkan jumlah mereka di alam liar menurun dengan cepat, menjadikannya salah satu spesies yang menjadi prioritas dalam konservasi, menurut kebun binatang tersebut.