Foto diambil dari : UDN News
Zheng Anna, warga Indonesia berusia 40 tahun di Daerah Dongshan, Kabupaten Yilan, yang telah datang ke Taiwan selama 22 tahun.
Karena suaminya yang merupakan seorang pecandu alkohol dan menganggur, dia akhirnya harus menanggung beban keuangan keluarganya. Dia bekerja sebagai buruh pabrik di siang hari dan buka kios di pasar malam pada malam hari, Anna mengaku menyesal datang ke Taiwan, selama bertahun-tahun, dia mengandalkan kedua tangannya, kerabat, teman, dan kantor imigrasi untuk membantunya meninggalkan rumah suaminya dan membesarkan kedua anaknya sendiri. Anna juga membantu kantor polisi dan kantor imigrasi dalam menerjemah untuk warga asing lain.
Zheng Anna adalah orang Hakka asal Singkawang, Indonesia. Dia adalah anak tertua dari enam bersaudara. Dengan bantuan seorang mak comblang, dia mengenal suaminya yang merupakan orang asal Taiwan. Ayah mertuanya adalah kepala desa dan ibu mertuanya adalah seorang juru masak katering Taiwan. Namun hidupnya tidak seindah yang dibayangkan.
Setelah menikah, dia sangat disayangi oleh mertuanya, tetapi setelah kelahiran putra sulungnya, suaminya tidak memiliki pekerjaan yang mendukung, sering mabuk-mabukan dan menyiksanya.
Bandara Taoyuan, dia mengingat kembali bahwa putranya menangis dan mencarinya saat ia memutuskan untuk kembali ke Indonesia yang membuatnya sedih dan menangis. Setelah pulang ke Indonesia selama 2 minggu ia memutuskan kembali ke Taiwan dan memutuskan untuk tinggal di Yilan demi anak-anaknya.
Dengan kelahiran putra bungsunya dan putra sulungnya yang harus melanjutkan pendidikan, biayanya semakin besar, gaji bulanan Zheng Anna sebesar 20.000 NTD di pabrik tidak cukup menafkahi keduanya. Akhirnya dia pergi ke Taipei untuk belajar cara membuat kue. Pada 2016, dia mendirikan kios di Pasar Malam Dongshan. Pada 2018, dia disubsidi oleh Departemen Imigrasi untuk membeli oven dan peralatan lainnya. Dia pun mulai membuat kue lapis khas Indonesia.
Demi putranya, dia memutuskan untuk pindah dari rumah suaminya dan memulai hidup baru. Zheng Anna sang pekerja keras yang selalu bersenandung "besok akan lebih baik" ketika dia sedih, mendorong para warga asing untuk selalu optimis, mengurangi rasa mengasihani pada diri sendiri, dan percaya bahwa hari esok akan lebih baik.