Foto diambil dari KDEI
Departemen Ketenagakerjaan (Depnaker) Kota Taipei menggelar acara “2024 Annual Taipei City Model Disabled Workers and Migrant Recognition Ceremony” atau yang dikenal dengan Penghargaan Pekerja Teladan Kota Taipei pada Rabu (4/12), menurut pres rilis Depnaker Kota Taipei.
Seperti yang dilansir dari laman resmi Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia di Taipei (KDEI) pekerja migran asal Indonesia memborong 14 dari 15 penghargaan yang diberikan oleh pihak Depnaker Kota Taipei.
Sebanyak 14 pekerja migran asal Indonesia tersebut adalah perawat migran yang telah mengabdikan diri bekerja di Taiwan selama lebih dari satu hingga 13 tahun, menurut pernyataan tersebut.
Ke-14 pekerja migran Indonesia (PMI) yang telah bekerja sebagai perawat migran baik di rumah maupun panti jompo adalah Ernawati, Suciyati, Dariyah, Ari Santika, Vika Agustiana, Juati, Rina Fitriani, Reni Amami, Carsoni, Sutiah, Maya Rafika Sari, Yulikah, Sukin Bt Seger Sarjo, dan Isti Amelia, tulis KDEI.
CNA menghubungi Yulikah, salah satu PMI yang mendapat penghargaan tersebut. Ia menuturkan bahwa dirinya merasa bahagia dan beryukur telah mendapatkan penghargaan itu, meskipun hanya dapat nomor urut 13.
Ketika ditanya bagaimana caranya ia dapat memenangkan penghargaan tersebut, Yulikah menuturkan bahwa dirinya melihat informasi dari sebuah unggahan TikTok mengenai pendaftaran sebagai pekerja teladan. Ia pun meminta majikan dan agensinya untuk mendaftarkannya.
Kepada CNA, Yulikah juga menceritakan pengalaman kerjanya di Taiwan, di mana ia mulai datang pada tahun 2011. Awal mulanya ia menjaga kakek, tetapi hanya lima bulan saja karena pasien yang dijaganya meninggal dunia.
Meskipun yang dijaganya meninggal, Yulikah tidak boleh pulang ke Indonesia oleh majikannya. Ia tetap dipekerjakan menjaga nenek, istri kakek yang pernah dijaganya dulu hingga sang nenek meninggal dunia tahun 2022, ujar Yulikah yang belum pernah pulang ke Indonesia selama sepuluh tahun ini.
Kini Yulikah tetap bekerja sebagai perawat orang tua di keluarga adik dari majikannya yang dulu. Ketika ditanya mengenai kendala dalam bekerja, ia mengatakan bahwa sama sekali tidak menemukan kendala apapun. Yulikah hanya membagikan pengalamannya untuk tetap menjaga komunikasi yang harmonis dengan majikan.
“Kita bekerja yah harus tahu diri, kalau ada salah minta maaf, kalau majikan salah, jangan direkam dan diunggah ke media sosial. Kuncinya harus dibicarakan dengan baik-baik saja,” ujar Yulikah yang berasal dari Blitar Jawa Timur ini.
Saat ditanya CNA apa pesan Yulikah untuk rekan-rekan sejawatnya, ia mengatakan agar teman-teman seprofesinya sebagai perawat migran untuk bekerja dengan ikhlas dan sabar.
“Bekerjalah seperti kita sedang menjaga orang tua sendiri. Bekerja dengan tulus,” ujarnya melalui pesan singkatnya.
CNA juga menghubungi Kadir, analis bidang ketenagakerjaan KDEI, mengenai acara tersebut. Ia menuturkan bagi PMI yang ingin mendapat penghargaan tersebut, sebaiknya meminta kepada majikan atau agensi agar didaftarkan pada Depnaker setempat.
"Nanti tinggal mengikuti syarat dan ketentuan dari penyelenggara saja. Tentunya tidak mudah karena seleksi dan pesaing yang sangat ketat dengan peserta lainnya," ujar Kadir.