10 hours ago

Kisah Miris ABK, Kapal Tenggelam, Barang Hilang dan Langsung di-PHK

Foto dokumentasi CNA dan Indosuara.

Pada Minggu sore (8/1) yang cerah, CNA berkesempatan mengunjungi anak buah kapal (ABK) di dua pelabuhan ikan di Kota New Taipei, salah satunya adalah Wanli. Terlihat beberapa orang ABK bergerombol menanti keberangkatan kapal masing-masing.

Saat didekati CNA, salah seorang ABK bercerita mengenai kisah pilunya. Sebut saja namanya Sutrisno (nama samaran). Dengan mata berkaca-kaca, ia menuturkan kisah pilu yang dialaminya pada November 2023 silam.

Sutrisno pernah mengalami kecelakaan kapal. Kapal tempatnya bekerja ditabrak oleh kapal lain hingga tenggelam. Beruntung nyawanya bisa diselamatkan, meski harta bendanya hilang.

Sutrisno membuka telepon genggamnya yang terlihat retak di bagian ujungnya. Ia menunjukkan video saat ia diselamatkan oleh kapal yang ditabraknya. Video itu pun hanya memperlihatkan Sutrisno dan teman-temannya serta kru yang lain sudah berada di atas kapal, dan hanya tersisa riak-riak gelombang kecil bekas kapalnya tenggelam di sisi kiri kapal penabrak tersebut.

“Ini bukti video dari teman saya yang didapat dari majikan. Waktu itu barang-barang saya hilang termasuk HP jadi saya tidak bisa merekam,” ujar Sutrisno sembari mengusap air matanya.

Ia menuturkan setiap kali mengingat kejadian tersebut, tak hanya trauma yang ada dibenaknya, tetapi juga rasa dongkol akibat penanganan majikan yang tak memberinya ganti rugi.

Meski ia tak ingat tanggalnya, tetapi Sutrisno masih ingat bulan dan tahun kecelakaan itu terjadi. Kapal tipe CT4 di mana ia bekerja, berangkat dari pelabuhan Wanli, tempat yang sama, menuju ke Pelabuhan Wushi di Taucheng, Kabupaten Yilan untuk berlayar mencari ikan.

Pada sekitar tengah malam, saat mereka bekerja, tiba-tiba ada benturan keras yang membuat kapalnya oleng hingga sebagian kapal terbalik, hingga ke dalam. Semua kru jatuh ke laut disusul kapal yang lambat laun terus tenggelam, ujar Sutrisno menceritakan.

Saat itu, ia bersama empat ABK Indonesia lainnya jatuh ke laut dan bergegas berenang menuju kapal yang menabraknya.

“Untungnya kapal yang menabrak langsung menolong kami yang terjun ke laut untuk dibawa naik ke kapal mereka,” cerita Sutrisno.

Ia pun tak lagi memikirkan barang-barangnya yang ada di kapal, hanya berpikir bagaimana caranya berenang dengan keras agar bisa mencapai kapal yang menabraknya untuk naik ke atas kapal tersebut.

“Pikiran saya cuma satu waktu itu, saya tidak mau mati,” ujar Sutrisno seraya sesekali mengusap matanya.

“Kapal yang menabrak kami adalah kapal pesiar kecil atau yang sering digunakan orang-orang Taiwan seperti pemancing mania untuk memancing yang hanya sekedar hobi, jadi bukan kapal nelayan,” tuturnya menjelaskan.

Saat kembali ke pelabuhan, majikannya pun tak memberikan keterangan apapun mengenai kejadian tersebut, seperti apakah barang-barangnya yang hilang akan digantikan atau tidak.

Sutrisno yang saat itu hanya mempunyai satu baju yang melekat di badannya pun mulai memikirkan harta bendanya yang hilang. Ia menceritakan bahwa tak hanya baju, jaket, sepatu miliknya yang hilang. Ada juga telepon genggam miliknya, power bank, dan uang tunai NT$7.000 (Rp3.459.772) yang ia taruh di bawah tempat tidurnya.

Dua pekan setelah kejadian, Sutrisno tak berlayar lagi dan tak mendapat gaji. Bahkan ia dipecat secara sepihak. Majikannya meminta Sutrisno untuk menandatangani surat yang ia tidak ketahui tujuannya. Ia hanya mengikuti kemauan majikannya, ujarnya menceritakan.

Ia pun baru mengetahui dari salah satu aktivis serikat pekerja yang membantunya, di mana ia dijelaskan bahwa surat yang ia tandatangani ialah surat pengunduran diri. Di surat tersebut tertulis Sutrisno tidak dipecat, dan tidak bisa mendapatkan pesangon karena ia setuju untuk mengundurkan diri.

“Sakit banget rasanya waktu mengingat hal itu. Saya merasa ditipu, saya juga bingung waktu itu kalau mau lapor ke mana. Saya pun bertemu aktivis yang membantu saya ketika kami semua sudah di mess di agensi. Jadi sudah telat kalau mau melapor,” tutur Sutrisno sembari menghela nafas panjang.

Parahnya lagi, sambung Sutrisno, ia tidak mendapatkan ganti rugi apapun dari sang majikan. Ia hanya menerima beberapa baju dan celana baru seharga NT$2.000. Ia pun sempat mengadu ke majikannya bahwa ia kehilangan barang-barang berharga lainnya senilai NT$15.000, namun majikannya tak mau tahu.

“Yang paling menjengkelkan lagi itu agensi. Sudah tahu saya terkena musibah habis kecelakaan dan kehilangan barang. Saat saya di-PHK, saya tinggal di mess milik agensi dan ditagih NT$6.000 untuk biaya tempat tinggal satu bulan. Saya tidak punya uang sama sekali,” ujar Sutrisno yang berasal dari Tegal, Jawa Tengah.

Agensi sempat mengingatkan Sutrisno untuk meminta uang pada majikannya, tetapi sang majikan tidak menanggapi karena ia bukan anak buahnya lagi.

Kini Sutrisno hanya bisa pasrah menjalani kehidupan barunya sebagai ABK di kapal pelabuhan Wanli, di tempat yang sama sepertinya dulu. Ia hanya berharap agar kejadian memilukan tersebut tak terulang lagi.

“Saya berharap di tempat yang baru ini rejeki yang sudah hilang dulu, bisa tergantikan di sini, dan tidak ada kejadian kecelakaan lagi. Semoga baik-baik saja. Saya sudah ikhlas, biarlah yang lalu itu,” tutur Sutrisno mengakhiri ceritanya.

CNA pun bertanya kepada aktivis yang menemani kami ke pelabuhan tersebut, Hendrikus Arie Ukat, Wakil Direktur Migrant Workers' Concern Desk (MWCD) Stella Maris.

“Sebenarnya majikan itu hanya punya asuransi untuk kapalnya saja, tetapi tidak mengasuransikan barang-barang milik pekerjanya. Jadi kalau ada kejadian kecelakaan, yang diganti hanya kapal majikan saja, barang-barang kru yang hilang tidak akan diganti,” ujar Romo Arie, panggilan akrab aktivis yang sering mengunjungi para ABK di pelabuhan ini.

Ayuk belanja kebutuhan sehari-hari Anda di Indosuara!

Lihat Lebih Banyak

249NT

MAKE UP KOSMETIK 化妝品SKIN CARE 保養品SCARLETT

249NT

MAKE UP KOSMETIK 化妝品SKIN CARE 保養品SCARLETT

25NT

Berita Terbaru Lainnya

Kebakaran Melalap Asrama PMA di Taoyuan

Foto diambil dari Departemen Pemadam Kebakaran Kota Taoyuan. Departemen Pemadam Kebakaran (Damkar) Kota Taoyuan menyampaikan bahwa mereka menerima laporan pada pukul 4.38 sore bahwa kebakaran terjadi di sebuah asrama pekerja migran di Jalan Fulin, Distrik Taoyuan. Kebakaran terjadi di sebuah asra...

KMT Kritik Pemerintah Taiwan karena Angka PMA Kaburan Terus Naik

Foto dokumentasi CNA. Fraksi Yuan Legislatif (Parlemen Taiwan) KMT dalam sebuah konferensi pers hari Selasa menunjukkan bahwa jumlah PMA kaburan meningkat dalam beberapa tahun terakhir, dari lebih dari 48.000 orang pada awal 2020 hingga mencapai 90.000 orang pada akhir 2024. Partai oposisi utama T...