Foto: Taiwan News
Indosuara -- Pemerintah Indonesia sedang menyusun rencana untuk mengevakuasi 350.000 pekerja asing dari Taiwan jika ketegangan lintas selat meningkat.
Menurut PTS, dalam berita yang dikutip Taiwan News, surat kabar Indonesia, Kompas melaporkan, Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri Judha Nugraha sedang memantau situasi dengan cermat dan bekerja sama dengan kantor perwakilan Indonesia di Taiwan untuk merumuskan rencana darurat.
Kementerian Luar Negeri Taiwan menyatakan mengetahui bahwa Indonesia sedang merumuskan rencana semacam itu. Namun, pihaknya masih mempelajari masalah ini dan akan mengeluarkan tanggapan resmi di kemudian hari.
Menurut Kompas, Kementerian Luar Negeri Indonesia mengutip ancaman militer China ke Taiwan sebagai pendorong utama untuk rencana evakuasi darurat, mencatat 350.000 orang Indonesia perantauan saat ini tinggal di Taiwan.
Laporan Kompas juga mencatat Taiwan adalah negara kepulauan yang hanya memiliki transportasi laut dan udara. Latihan militer China baru-baru ini termasuk blokade atau pengepungan Taiwan, memutus semua lalu lintas laut dan udara, yang akan mempersulit evakuasi.
Sementara itu, tanggapan dari anggota parlemen Taiwan dan kelompok buruh asing lebih diredam.
“Orang-orang di Taiwan tidak merasakan ketegangan ini karena mungkin ada kasus katak yang perlahan mendidih di air hangat. Meskipun kami tidak merasakannya, sebenarnya bukan hanya Indonesia, tetapi negara lain juga sedang menyusun rencana evakuasi. " kata Anggota Legislatif KMT Chen Yu-jen (陳玉珍).
"Saya pikir ini hanya dugaan dan omongan. Semua ini tidak benar. Ada banyak pernyataan palsu dan berita palsu," kata Anggota DPP Chen Ting-fei (陳亭妃).
Caregiver Indonesia adalah salah satu andalan program perawatan jangka panjang Taiwan. Beberapa pengamat percaya bahwa evakuasi dapat berdampak serius pada sistem perawatan lansia dan perawatan kesehatan Taiwan.
“Pengasuh dan pekerja perawat mendukung kekurangan dalam sistem perawatan lansia kami. Jika mereka pergi, semuanya akan menjadi sangat menyedihkan," kata peneliti Asosiasi Pekerja Internasional Taiwan, Wu Jing-ju(吳靜如).