Foto-foto diambil dari Taiwan News.
Para sukarelawan terdiri dari pekerja migran Indonesia, pengasuh orang tua, pekerja profesional kerah putih, dan pelajar. Pada akhir pekan, sekelompok orang yang mengenakan kemeja hijau terlihat di taman, gunung, dan pantai di Taiwan, membawa kantong sampah yang berisi gelas dan botol plastik, kaleng minuman, dan sampah lain yang tidak dapat terurai. Kelompok tersebut adalah sukarelawan dari Indonesia yang ingin membuat rumah kedua mereka yaitu Taiwan, menjadi tempat yang lebih baik untuk tinggal.
Pendiri kelompok yang bernama “Universal Volunteer” yaitu Mayasari dan Ade Warhanto, memilih untuk bertemu dengan teman-teman Indonesia dan Taiwan mereka di luar pekerjaan sehari-hari untuk tur hiking di Taiwan. Namun, wisata hiking ini tidak seperti yang lain, di mana Mayasari dan para penjelajah lainnya mengambil sampah selama perjalanan mereka. Kegiatan tersebut sudah dimulai semenjak tahun 2016.
Mayasari mengatakan kepada Taiwan News bahwa dia bergabung dengan sebuah kelompok – Komunitas Pendakian Taiwan – di tahun pertamanya bekerja di Taiwan. Kelompok ini dibentuk oleh sekelompok kecil pekerja migran Indonesia yang merupakan pecinta alam dan mereka pergi hiking bersama di akhir pekan. Pada awalnya, mereka mengambil sampah di sepanjang jalan dan dimasukkan ke dalam tas.
Pada bulan April tahun 2018, Mayasari dan Warhanto mulai member nama kelompoknya sebagai “the cleanup project” atau proyek pembersihan. Organisasi tersebut pun didirikan dengan nama “Universal Volunteer” yang bertujuan untuk membantu mereka yang membutuhkan, tak memandang ras, jenis kelamin, usia, atau status sosial.
Mayasari mengatakan kepada seorang wartawan Taiwan News di Taipei bahwa mereka memulai inisiatif dengan proyek pembersihan, dan kemudian inisiatif tersebut meningkat termasuk memberikan donor darah. Dia mengatakan bahwa tim juga berencana untuk memberikan kegiatan potong rambut gratis untuk para tunawisma dan orang-orang yang kurang mampu, dan untuk merawat anak yatim di Taiwan. Namun hambatan bahasa serta kurangnya pengetahuan mereka tentang Bahasa Mandarin menyebabkan keterlambatan dalam kemajuan untuk mencapai tujuan mereka.
Proyek pembersihan baru-baru ini ditampilkan di Televisi Publik Taiwan. Kru TV bergabung dengan kelompok sukarelawan Indonesia, yang tinggal di Taiwan sebagai pekerja migran, pengasuh, pekerja profesional kerah putih, dan mahasiswa, pergi ke Sandiaoling (三貂 嶺), sebuah pinggiran kota New Taipei City pada hari Minggu pagi, dan direkam dengan video mengenai bagaimana kelompok tersebut melakukan tugasnya.
Sejak saat itu, proyek ini menjadi lebih dikenal oleh orang-orang di Taiwan, tetapi tantangan tetap ada: sejumlah besar sampah di pantai dan gunung, pun masih ditemui sepanjang perjalanan.
Gagasan memungut sampah saat hiking lahir dari keinginan Mayasari dan kawan-kawan untuk bersikap baik terhadap lingkungan. Selama bertahun-tahun, ia memperhatikan bahwa jalur pendakian mulai dipenuhi sampah.
Perjalanan yang paling tak terlupakan adalah Fuguijiao (富貴 角) di New Taipei City. Ketika tempat itu membawa tim tersebut selama empat minggu untuk menyelesaikan misi pembersihan, lebih dari seratus pon sampah dibuang dari daerah pantai yang indah.
Mayasari mengatakan kepada Taiwan News bahwa perjalanannya semuanya didanai sendiri. Para relawan membayar untuk perjalanan mereka sendiri, termasuk transportasi dan akomodasi. Warhanto mengatakan tim telah pergi ke Yushan (玉山) dan Hehuanshan (合歡 山) untuk mengambil sampah di sepanjang jalan.
Ditanyakan apa yang akan dilakukan selanjutnya untuk organisasi mereka Universal Volunteer? Mayasari mengatakan mereka berencana untuk melanjutkan inisiatif dan melibatkan lebih banyak kegiatan sukarela di tahun mendatang, seperti membantu hewan liar, dan membantu orang atau lingkungan di daerah yang tidak mudah dijangkau.
Saran mereka untuk pejalan kaki agar tetap mengambil sampah jika melihat ada di sepanjang perjalanan. Mereka tidak berharap semua orang membawa kantong sampah, tetapi setiap orang sedikitnya dapat membantu mengurangi sampah.