Foto diambil dari CNA.
Sebuah kondisi medis yang langka ditemukan di tubuh seorang pria paruh baya. Bayangkan, ia hidup dengan makanan membusuk di lubang tenggorokannya selama tiga tahun. Seperti yang dilansir dari CNA, tiga tahun lalu, pria berusia 40 tahun ini mengalami radang tenggorokan secara berulang. Dia memiliki kesulitan menelan dan sering tersedak atau muntah.
Pernafasannya juga suka memancarkan bau busuk. Bau tersebut begitu busuk dan mulai mempengaruhi kehidupan pribadinya. Pada awalnya, ia percaya jika itu dikarenakan kebiasaannya bergadang, sehingga dikira terkena penyakit GERD gastroesophageal reflux (asam lambung berbalik naik ke kerongkongan). Namun dokter menemukan jika ia mengidap penyakit langka yang disebut “divertikula esophageal.”
Seorang dokter ahli THT, Li Jia-rong (李佳 融) di Shin Kong Wu Ho-Su Memorial Hospital mengatakan bahwa kerongkongan manusia itu seperti pipa lurus sepanjang 25-cm di mana makanan didorong untuk dicerna di perut. Jika pasien memiliki penyakit “esophageal diverticula” itu adalah seperti di dalam kerongkongan Anda tumbuh sebuah “ruang baru” tepatnya di tengah-tengah kerongkongan dan bisa memotong makanan yang masuk tak sampai ke perut, sehingga perlahan-lahan membusuk di dalam kerongkongan.
Menurut dr Li, penyebab “diverticula esophagus” sebagian besar disebabkan oleh genetika. Beberapa orang memiliki lapisan lendir tipis dalam kerongkongan mereka sehingga membuat makanan susah ditelan masuk ke dalam pencernaan, dan perlahan akan membentuk ‘diverticula’ atau ‘kantong’. Hal inilah yang menyebabkan kesulitan menelan, dan terjadi kelainan bentuk kecil dalam saluran pernafasan.
Diverticula esofagus adalah kondisi langka yang biasanya terjadi pada usia setengah baya atau orang tua berumur sekitar antara 40 hingga 60 tahun. Untuk setiap 100.000 orang hanya ada 2-3 kasus tersebut. Gejala diverticula esofagus tanda-tandanya antara lain sesak di daerah dada, bau mulut, dan radang tenggorokan. Bahkan air minum, makan semangkuk nasi atau mie dapat menyebabkan tersedak, jelas Li.
Di masa lalu, bagi penderita ini disarankan untuk operasi pada leher sebagai satu-satunya pengobatan. Namun karena melukai saraf, operasi dianggap cukup berbahaya karena memotong sekitar 3-6 sentimeter. Bahkan setelah operasi, pasien mungkin masih mengalami kesulitan makan, serta bekas luka yang menyebabkan timbulnya masalah lain.
Li melaporkan bahwa beberapa hari yang lalu Taiwan telah menerapkan solusi pertama untuk masalah ini yaitu “endoskopi esofagus ostomy diverticula Laser” sebagai pengobatan baru. Pengobatan baru ini tidak meninggalkan bekas luka pada pasien, dan dapat membantu mengurangi risiko infeksi.
Pengobatan baru ini hanya memakan waktu 1 minggu saja untuk pasien mengalami kesulitan makan, setelah itu, tidak ada dampak lain yang ditimbulkan dan pasien bisa makan dengan normal kembali.