Foto diambil dari isstock.
Jika ada buku yang dipakai untuk mencatat penderitaanku, mungkin penanya tak kuasa untuk menulis kisah pedihku. Aku seorang pekerja yang tidak dipekerjakan dengan baik sekalipun aku telah berusaha bekerja dengan baik.
Majikanku Penipu
Namaku Umi, aku adalah seseorang yang mengadu nasib ke Taiwan untuk membiayai anakku. Tak terasa hampir 2 tahun aku hijrah ke Formosa. Awal kisahku begitu indah, semua pekerjaan kulalui dengan lancar tak ada kendala, majikanku pun orang yang baik. Hingga suatu saat, nasib mengujiku untuk tetap tegar sebagai wanita mandiri di pengasingan. Beban yang menyeretku tertatih, kini semakin menghujamku. Adik kesayanganku di kampung yang sedang mengidap sakit ginjal, ternyata telah berpulang ke sisi Tuhan. Ah, belum selesai kepedihan ini pulih, agensiku secara tiba-tiba memutuskan untuk memindahkanku ke pekerjaan yang lain. Aku hanya bisa pasrah! Demi merawat anakku dan anak adikku yang ditinggalkannya, aku lakoni pekerjaan ini. Agensi menjemputku untuk dipindahkan ke pekerjaan yang lain. Dengan tangisan air mata ku ucapkan zàijiàn pada majikan lamaku yang baik hati. Ia pun berlinangan air mata melepas kepergianku.
Aku tiba di sebuah rumah di mana ada seorang akong yang sedang tergeletak di sebuah kursi panjang. Kata agensiku, akong ini tidak bisa jalan. Aku mencoba menyapanya, namun ia diam saja. Hal yang membuatku terkejut ialah, ketika agensi pulang, aku melihat akong bisa berjalan dan ia nampak sehat. Sehari-hari kulihat akong adalah orang yang sehat, tak ada sakit apapun, namun demikian, ketika mandi ia meminta untuk dimandikan. Ah, risih rasanya aku melihatnya. Bagaimana mungkin orang yang sehat minta untuk dimandikan? Tetapi akong memaksaku untuk melayaninya. Bagaimanapun juga, ini adalah pekerjaan yang harus aku lakukan. Ternyata…pekerjaanku di sini menjadi pembantu rumah tangga, bukan menjaga akong yang sakit. Meski pekerjaanku tak sesuai dengan kesepakatan, tetapi aku tetap melalui hari-hariku dengan bekerja keras mulai pukul 5 pagi sampai 21.30 malam dan hanya beristirahat 30 menit di siang hari. Entah ada angin apa, tiba-tiba agensiku datang dan menjemputku dengan paksa. Agensiku mendapat pengaduan dari majikanku kalau aku tidak mau bekerja, sehari-hari hanya berdiri saja tanpa melakukan apapun. Yang lebih membuatku mengelus dada adalah kelakuan anak majikan yang bilang kalau dia tidak menyukaiku karena aku tidak cantik, jadi nafsu makannya hilang sehingga ia memulangkanku pada agensiku. Sungguh alasan yang tidak masuk akal.
Kerja Mencangkul dan Mencari Kayu Bakar
Lepas dari majikan yang memfitnah, aku dipindahkan ke majikan yang baik. Syukur, akhirnya aku bisa menikmati kesempatan ini. Aku merawat orang lumpuh berumur 63 tahun di daerah Kaoshiung. Aku menjalani hari-hari dengan bekerja sepenuh hati. Setiap hari sebanyak 3 kali, aku membantu majikanku untuk terapi berjalan. Selang 7 bulan, majikanku sudah bisa berjalan sendiri bahkan naik motor. Ia tak perlu terapi ke dokter lagi hanya minum obat dan olahraga. Aku begitu senang melihat perkembangan ini. Namun apalah dayaku, aku harus meninggalkan majikanku yang baik itu karena ia tak lagi memerlukan jasaku. Di satu sisi, aku senang karena bisa membantu memulihkan orang yang sakit, namun di sisi yang lain aku harus siap menghadapi tantangan selanjutnya.
Benar, agensi memindahkanku ke majikan yang lain. Selama di perjalanan aku memimpikan untuk mempunyai majikan yang baik seperti majikanku sebelumnya, dan aku juga mengharapkan bisa tinggal di sebuah rumah yang terdapat taman yang asri dan bisa berolahraga seperti kebiasaanku bersama majikan lamaku. Ketika sampai….aku melihat rumah yang terpencil berada di tepi hutan. Ah, itu tempat tinggalku yang baru. Aku bertemu dengan seseorang yang akan aku rawat, ia kupanggil Abing. Sosok yang duduk di kursi roda dan selalu tertawa, maklum, Abing bukanlah orang normal.
Kujalani hari-hariku dengan tabah menjaga Abing. Bukan kerepotan menjaganya yang membuatku sengsara, namun pekerjaan lain yang tidak sesuai. Merawat Abing, memasak dan membersihkan rumah mungkin bisa kujalani walaupun tanpa istirahat. Tetapi jika aku harus mencangkul dan mengambil kayu bakar di hutan di kala terik panas matahari menyengat, lalu menimba air, itu semua membuatku sangat sengsara. Bayangkan, itu kulakukan setiap hari. Pernah aku jatuh sakit dengan panas suhu badan yang tinggi, namun majikan tidak mengizinkanku ke dokter. Akhirnya aku memberanikan diri menelepon agensi, namun malah makian yang aku dapat.
Hampir Ditampar Agensi
Hari-hari yang kulalui penuh dengan kesesakan kujalani dengan ikhlas. Aku percaya bahwa Tuhan itu Maha Pengasih. Sehari-hari aku hanya bersyukur dan memanjatkan doa atas keadaanku. Hanya itu yang menjadi kekuatanku di kala duka. Suatu ketika, aku meminta izin untuk mengirimkan uang untuk anakku di kampung. Aku pergi tak sampai setengah hari, namun majikanku memotong cuti 1 hari. Bagiku hal itu tak adil, aku hanya meminta potongan ½ hari saja, karena pada hari itu aku masih bekerja melaksanakan tugas dan tanggung jawabku seperti biasanya. Bahkan sebelum pergi, aku sudah menyelesaikan semuanya. Sekalipun aku mencoba membicarakan hal ini baik-baik, namun majikanku tetap saja tak memberikan hakku.
Suatu hari, pernah aku sakit lagi, kali ini aku merasakan sakit yang sangat hebat di pantat sehingga tak bisa bergerak dan membuatku susah untuk melakukan pekerjaanku. Aku berbicara baik-baik pada majikanku agar mengizinkanku untuk beristirahat atau ke dokter untuk memeriksakan sakitku, namun ia tak mengizinkan. Serasa bagai disiram air cuka di atas luka, peluh rasanya jiwaku ketika agensiku tiba-tiba datang menjemputku sambil memarahiku dan ia melepas sepatunya lalu hampir saja menamparku. Aku menangis sekeras-kerasnya. Aku hanya meminta hak yang sepatutnya kudapat namun bukannya pembelaan, malah makian dan hampir saja mendapat aniaya fisik. Agensi menjemputku pulang dengan paksa. Aku hanya bisa menangis dan pasrah. Hanya segenggam kekuatan dari doa yang memampukanku untuk menghadapi hari esok yang mungkin kisahnya lebih pahit dari ini, ataukah berganti dengan kisah suka? Ah, aku tak tahu….yang pasti aku akan tetap melakukan yang terbaik, sekalipun orang lain bertindak hal yang tidak baik kepadaku. Karena aku percaya, hal yang tidak baik itu akan mempersiapkanku menerima hal baik di masa yang akan datang. (*/ml, seperti yang dikisahkan Umi nama samaran kepada IndosuarA. Demi keamanan narasumber, kami merahasiakan identitas dan fotonya).