Kabar prestasi BMI harus sering dikumandangkan. Untuk itu, kali ini IndosuarA mengenalkan lebih dekat Ustad Dani Sanjaya, Majelis Taklim Yasin Taipe (MTYT).
Pengajian dan tablig akbar hampir diselenggarakan tiap bulan. Belum lagi siraman rohani melalui berbagai media siaran bernuansa Islami terus memupuk keimanan BMI di Formosa. Adalah seorang BMI yang sedang menjalani kontrak ketiganya sebagai salah satu pelopor pembangunan keimanan umat Islam. Dani Sanjaya tentu tidak asing lagi di telinga rekan-rekan BMI yang aktif mengikuti berbagai kegiatan rohani Islam.
Pria yang akrab disapa Pak Dani atau Ustad Dani ini mulai bekerja di Formosa sejak 2005. Mulanya, seperti kebanyakan BMI hidupnya fokus pada pekerjaan dan dunia hiburan. Pasti bila bertemu dengan sosoknya, tidak ada yang menyangka bila beberapa tahun yang lalu, bapak seorang putra ini gemar ke karaoke, mengkonsumsi narkoba dan hobi berkelahi. Bekas jahitan akibat luka-luka di perutnya adalah saksi bisu masa lalunya yang kelam.
Saat ditanya bagaimana titik balik pertobatan nasuha-nya, Ustad yang setiap hari Minggu beribadah di Masjid Besar Taipei ini memaparkan berapi-api dua mimpinya “waktu itu saya berkelahi luka di perut dan harus dijahit di rumah sakit lalu saat tidur saya mimpi makan bersama banyak ulama lalu ditugasi untuk cuci piring sendirian.” Mimpi berikutnya lebih menempelaknya “saya mimpi meninggal dunia, sungguh saya terheran karena melihat diri saya dimandikan, dikafani sampai dimasukan ke liang lahat.” paparnya. Ustad asal Purwokerto ini kemudian berzikir dan merenung tentang kematian “mau kemana hidup saya ini?” katanya. Kemudian dia bertanya kepada seorang ustad yang menjelaskan bahwa inilah saat baginya untuk mengubur masa lalunya yang kelam dan memulai kehidupan baru yang lebih baik dengan kembali ke jalan Allah SWT.
Saat ini hidupnya diisi dengan berbagai kegiatan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Niatnya makin bulat untuk mempelajari Islam dan mengajak rekan-rekan sesama BMI di daerah sekitar pelabuhan Keelung untuk beribadah. Sama seperti rekan-rekan BMI lainnya, setiap hari, Ustad Dani bekerja seperti biasa di sebuah pabrik di Keelung. Bedanya, dia menghabiskan waktu luangnya untuk mewujudkan sayang dan kasih Allah SWT. kepada sesama. Tokoh yang enggan menyebut dirinya Ustad ini, selalu menutup harinya dengan sholat dan berzikir. Menjelang subuh, dia berkeliling pelabuhan untuk mengajak rekan-rekan BMI sholat bersama di ruang tamu mesnya yang telah diubah menjadi mushola. Ketekunannya ini mendapat ridho Allah SWT. dengan terbentuknya jamaah Thoyyur Janah di Keelung. Dia juga sempat menjabat sebagai ketua MTYT dua kali berturut-turut pada periode 2010-2013.
Selama menjabat hingga sekarang, Ustad Dani mengawal berbagai kegiatan pembekalan rohani maupun ketrampilan untuk mengembangkan potensi BMI di Taiwan. Berbagai kegiatan rutin sepanjang bulan dilaksanakan tiap hari Minggu di Masjid Besar Taipe, diantaranya: pelatihan komputer; taklim dan yasin serta tahlil; pelatihan komputer dan bahasa Mandarin; istigosah yang berisi doa bersama dan pengajian. BMI disarankannya untuk mengikuti berbagai kegiatan bermanfaat ini bila dapat libur. “Tidak harus rutin, lagipula tidak dipungut biaya.” tegasnya.
Saat hendak berpisah dengan IndosuarA, Ustad Dani menitipkan pesannya kepada segenap jamaah BMI di Taiwan “hendaklah para BMI percaya diri untuk menunjukkan jati diri sebagai bangsa yang besar.” Ustad yang dekat dengan almarhum ibundanya ini sempat juga menitipkan syair untuk mengenang bimbingan dan nasehatnya. (epr)