Foto ilustrasi diambil dari colourbox.
Entah bagaimana pikiran sang majikan, saat pekerja rumah tangga (PRT)nya mau bunuh diri, bukannya mencegah, majikan ini justru malah merekam dan menggugahnya ke internet! Aparat kepolisian pun menahan majikan perempuan yang merekamnya, saat PRT akan melakukan aksi bunuh diri.
Seperti diberitakan Kompas.com Jumat (31/3/2017) PRT berkebangsaan Etiopia itu meloncat dari lantai VII apartemen, tempat dia bekerja di Negara Kuwait. Sementara, seperti diberitakan AFP, sang majikan tak memberikan bantuan dan malah merekam momen tersebut. Informasi ini diungkap media dan lembaga pembela hak asasi manusia di Kuwait City, Jumat (31/3/2017).
Perempuan Kuwait itu disebut merekam aksi sang pembantu yang terjun. Tubuhnya menghantam kanopi metal di bawah, namun nyawanya masih tertolong. Tanpa ragu, perempuan itu mengunggah rekaman selama 12 detik tersebut ke akun jejaring media sosial. Demikian dilansir Harian Al-Seyassah.
Dalam video itu pun terlihat si pembantu tergantung di luar bangunan, dengan satu tangan memegang kencang rangka jendela. Sang PRT pun terdengar meminta tolong, saat berubah pikiran di detik-detik terakhir sebelum dia akhirnya terjatuh. Sesaat kemudian, genggaman tangannya terlepas, jatuh menghantam kanopi. Kanopi itu diduga telah mengurangi dampak yang dialami tubuh PRT tersebut.
Sepanjang adegan itu, sang majikan tak memberikan reaksi apa pun dan terus merekam. Sesaat kemudian, paramedis datang ke lokasi kejadian, dan melarikan pembantu itu ke rumah sakit. PRT itu mengalami pendarahan di hidung dan telinga, serta salah satu tangannya patah.
Penyidikan kriminal pun langsung digelar menyusul temuan ini. Sebab, si majikan tak memberikan pertolongan kepada orang yang hendak melakukan bunuh diri. Namun alasan-alasan yang melatarbelakangi keputusan nekat PRT itu tak diungkapkan kepada publik. Terkait kasus ini, kelompok pembela hak asasi manusia di Kuwait, mendesak aparat penegak hukum untuk membawa kasus ini ke muka pengadilan.
Negara teluk yang dikenal dengan kekayaan minyaknya itu menjadi tempat bekerja bagi lebih dari 600.000 pekerja rumah tangga. Sebagian besar dari mereka adalah warga negara-negara di Asia. Banyak ditemukan kasus penganiayaan, penelantaran, dan tak dibayarnya upah bagi para pekerja ini. Ratusan PRT tiap tahun melarikan diri dari rumah tempat mereka bekerja, karena mengalami penyiksaan.
Sebagai tindak lanjutnya, pemerintah setempat telah membangun penampungan untuk para pekerja korban penganiayaan itu. Sementara, sebagian lainnya mencari pertolongan ke kedutaan besar negara masing-masing. (Ol)