Korea, negara penghasil ginseng yang satu ini merupakan salah satu negara favorit TKI untuk bekerja. Cara perekrutan TKI Korea pun tidak sama dengan TKI Taiwan yang menggunakan agensi. Perekrutan TKI Korea dan TKI Jepang sama, yaitu menggunakan program G to G antar pemerintah.
Indosuara pada bulan Juli lalu berkesempatan bertemu dengan aktivis TKI Korea yang sering membantu rekan-rekan TKI yang baru pertama kali datang bekerja bekerja di Korea. Aktivis yang satu ini sudah lama tinggal di Korea dan menikah. Meskipun statusnya telah menjadi istri orang Korea, aktivis yang satu ini tetap mempedulikan nasib buruh migran. Ia pun dikenal kerap memberikan pelatihan dan pembekalan bagi TKI yang baru, secara langsung diminta oleh perwakilan pemerintah Indonesia di Korea.
Saat bertemu Indosuara, ia antusias menceritakan mengenai mimpinya untuk mempersatukan TKI di seluruh negara penempatan agar mempunyai ide membuat suatu perhimpunan exit program guna saling membantu dan melengkapi TKI purna agar tak lagi kembali menjadi TKI. Mau tahu apa mimpi besarnya? Simak wawancaranya bersama Indosuara.
Bagaimana perkembangan rekan-rekan TKI di Korea saat ini?
Perkembangan rekan-rekan TKI di Korea saat ini sangat positif. Dalam arti bukan hanya bekerja saja, melainkan banyak hal positif yang sudah dilakukan seperti belajar Bahasa Korea, mengadakan pelatihan dan membuat festival. Ada juga kegiatan yang berbentuk religi seperti pengajian. Dalam setahun mereka bisa membuat beberapa acara bahkan mendatangkan artis papan atas, bukan artis biasa-biasa saja.
Apakah Anda punya impian untuk rekan-rekan TKI agar mereka bisa memiliki kehidupan yang lebih baik?
Sebelumnya saya berterima kasih dengan perwakilan pemerintah Indonesia di Korea yang telah mengirimkan saya untuk mengikuti acara Diaspora di Jakarta, dimana di sini saya bertemu banyak para aktivis pekerja yang bisa membantu para pekerja migran.
Dari para aktivis yang datang dari berbagai negara yang saya temui di acara tersebut, saya berharap agar kita bisa menyatukan visi serta saling memberikan informasi dan bekerja sama untuk menjalin suatu misi yang baik bagi pekerja.
Impian saya ke depannya nanti bisa membuat exit program secara bersama-sama antar TKI di seluruh negara penempatan. Pekerjaan saya di Korea saat ini adalah sebagai trainer atau pelatih bagi rekan-rekan TKI dan TKA asal Timor Leste yang baru datang bekerja di Korea pertama kali. Saya diminta untuk memberi pembekalan bagi mereka.
Saya rindu suatu saat ketika saya menjemput teman-teman TKI di bandara pertama kali, saya tidak ingin nanti pada kali yang kedua saya menjemput mereka ke bandara melihat wajah yang sama. Dalam artian, cukuplah 1 kali periode menjadi TKI dan jangan menjadi TKI lagi.
Apa pesan Anda bagi rekan-rekan TKI di Taiwan?
Pesan saya untuk teman-teman di Taiwan bahwa bekerja dengan baik itu memang suatu keharusan, tetapi hal itu tak hanya berhenti sampai di situ saja. Anda harus merencanakan sesuatu untuk bekal pulang ke Indonesia nanti agar tak jadi TKI lagi. Misalnya, kira-kira apa rencana Anda setelah nanti pulang ke Indonsia yang harus dipersiapkan mulai dari sekarang selagi masih aktif menjadi TKI.
Selain itu, tetaplah menjaga persatuan Indonesia. Mungkin kita berasal dari daerah yang berbeda-beda, tetapi kita harus bersatu menjaga nama besar dan nama baik Indonesia dengan terus mempererat tali persatuan NKRI. Saya ingin sekali bisa mengunjungi Taiwan dan Hongkong karena ingin menyapa teman-teman di sana, semoga suatu saat kita bisa bertemu.