Foto ilustrasi buruh migrant di Hongkong.
Sebanyak150.000 pekerja rumah tangga asal Indonesia di kota Hongkong dimana sedikitnya ada sebanyak 43 orang pekerja rumah tangga asal Indonesia di Hong Kong telah terpikat oleh perekrut ISIS dan mengalami radikalisasi. Laporan tersebut didapat dari Institute of Policy Analysis of Conflict (IPAC) yang berbasis di Jakarta.
Seperti yang dilaporkan media Asia Times, laporan yang dirilis pada akhir Juli lalu juga mengidentifikasi tiga pekerja wanita di Taiwan dan empat di Singapura yang telah mengambil bagian dalam berbagai kelompok diskusi ekstremis, ISIS.
Pada bulan Juni, empat wanita Indonesia dari Hong Kong yang bergabung dengan ISIS di Suriah, sekitar 16 telah kembali ke Indonesia dan sebagian besar menikahi jihadis, dan delapan orang telah dideportasi dari negara Turki saat berusaha menyeberang ke Syria.
Investigasi IPAC mengatakan bahwa pekerja rumah tangga ini mungkin tertarik pada lingkaran militan dengan “pencarian akan rasa komunitas di lingkungan yang tidak dikenal”.
“Beberapa wanita ini ditarik oleh pacar jihadi yang mereka temui secara online,” ujar analis IPAC Nava Nuraniyah.
Wanita Indonesia dalam kelompok tersebut dinilai sebagai keluarga. Ketika seseorang tertarik ke lingkaran radikal, yang lain pun mengikuti.
Pemberitaan Apple Daily melaporkan dengan mewawancarai Eni Lestari, juru bicara Badan Koordinasi Migran Asia, yang memperingatkan bahwa laporan tersebut akan membahayakan komunitas pekerja dengan menimbulkan diskriminasi.
Pekerja rumah tangga Romlah Rosyidah, Ketua Aliansi Muslim Migran Indonesia di Hong Kong, mengatakan bahwa dia juga khawatir dengan dampak laporan tersebut, karena majikannya baru saja bertanya kepadanya apakah dia mengetahui tentang ISIS.
Pada bulan Maret 2015, media Hong Kong pernah melaporkan tentang pendukung ISIS yaitu pekerja rumah tangga asal Indonesia di Victoria Park di Causeway Bay.