Bila pada suatu hari di antara para pembaca ada yang bepergian di daerah Cilacap, maka di Jl. Komodo Gg. Kidang No. 100, pembaca sekalian akanmenjumpai satu depot air minum mungil yang bernama Air Mas. Depot dengan spanduk biru tersebut adalah milik Fitri Setiawati, mantan BMI Taiwan yang dulu bekerja merawat akong di daerah Tanshui.Kali ini IndosuarA berkesempatan berbincang banyak dengan wanita yang murah senyum ini seputar usaha yang dirintisnya.
Survei Terlebih Dahulu Sebelum Buka Usaha
Sudah sejak lama Fitri mempunyai cita-cita untuk membuka usaha yang berhubungan dengan benda cair. Ia sempat berpikir untuk berjualan bensin eceran namun setelah melakukan survey lokasi, akhirya Fitri memutuskan untuk berjualan air minum isi ulang galon. Nama Air Mas yang dipilih sebagai nama tokodiakuinya terinspirasi dari nama daerah tempat ia dilahirkan. Banyumas.
Usaha air minum isi ulang galon yang ia kelola berkembang cukup pesat karena di sepanjang jalan Kelurahan Mertasinga ini memang tidak dijumpai usaha serupa. Inilah keuntungannya bila sebelum memulai usaha kita melakukan survey pasar. Fitri menuturkan bahwa seorang teman yang banyak membantu di awal usahanya, menyarankan untuk mencari tempat yang benar-benar strategis, dari segi lokasi, banyaknya usaha sejenis dan daya beli masyarakat sekitar. Setelah berkeliling di seputar Jl. Komodo dan tidak menemukan depot air isi ulang, bulat sudah tekad Fitri untuk memulai usaha. Di daerah Kecamatan Cilacap Utara memang masih terbilang jarang terdapat penjual air minum isi ulang. Padahal untuk kawasan yang berbatasan dengan pantai, usaha ini termasuk prospektif karena air sumur galian terasa asin bila dijadikan air minum meskipun sudah diendapkan dan direbus.
Sempat Pesimis
Sembari melayani pembeli sore itu, Fitri bercerita awalnya ia sempat pesimis dengan rencana usaha yang sudah diimpikannya sejak berada di Taiwan. Di Desa kelahirannya di Kediri, Karanglewas sudah banyak sekali usaha-usaha kecil milik warga yang membuat persaingan menjadi ketat. Namun kemudian celah untuk memulai bisnis air minum ada setelah ia menikah dengan Galih, pria asal Cilacap. Fitri menikah dengan lelaki yang ia kenal memalui jejaring facebook ini pada bulan April 2013, beberapa hari setelah kepulangannya dari Taiwan. Beberapa minggu kemudian, Fitri diboyong ke Cilacap dan memulai bisnis kecilnya di sana.
Berbekal tabungan yang cukup dan dukungan dari keluarga, usaha yang Fitri rintis tak menemui banyak kendala. “Saya beruntung karena suami dan mertua sangat perhatian,” tutur Fitri bahagia. Bangunan untuk tempat usaha juga didirikan di sebidang tanah pemberian mertua, berdampingan dengan toko milik keluarga. Selain itu seorang kenalan juga berhasil mendapatkan harga yang bagus untuk pembelian satu unit lengkap mesin reverse osmosis (RO). Mesin ini yang digunakan untuk menyuling air bahan baku menjadi air siap minum. Menurut Fitri setelah disuling kandungan mineral, polutan dan zat berbahaya lainnya dalam air akan berkurang 95%, karena itu air jadi aman dikonsumsi. Apalagi air yang dijadikan bahan baku oleh Fitri adalah air dari PDAM.
Di tahun pertama Fitri sudah dua kali menambah jumlah galon, banyak warung-warung di luar Desa Mertasinga yang mengambil galon air untuk dijual kembali. Di samping itu, setiap hari suami Fitri juga berkeliling melayani pesanan yang ia diantarkan langsung ke rumah pembeli.
Rajin Menabung
Sejak berada di Taiwan, Fitri sudah gemar menabung, “Sedari remaja saya sudah menjadi tulang punggung keluarga, bagi saya menabung adalah sebuah keharusan dan kini menjadi kebiasaan.” Fitri mengisahkan tiga kali berangkat ke Taiwan, hanya tiga tahun terakhir ia benar-benar menabung untuk dirinya sendiri, “Saya menjalani semuanya dengan ikhlas, dan Alhamdulillah berkah,” tuturnya berbagi inspirasi. Wanita yang kini tengah mengandung 9 bulan ini mengaku masih sering merindukan Taiwan. Meski hampir tak pernah mengambil hari libur, tapi Fitri menikmati masa kerjanya di Taiwan. Ia menjaga akong bermarga Shi di daerah Sanjhih, Tanshui. Ia merasa terhibur tiap kali membawa akongnya pergi ke taman, karena di sana ia bisa bertemu sahabat-sahabatnya yang juga menjaga lansia. “Karena jarang libur, saya jadi jarang belanja, uangnya mending ditabung aja,” ujarnya.
Hobi Membuat Kerajinan Kristik
Untuk mengisi waktu senggangnya, Fitri menekuni hobi menyulam kristik. Hingga kini sudah cukup banyak hasil kerajinan tangan yang ia simpan, untuk ukuran yang kecil biasanya diberikan kepada keluarga dekat. Hasil dari hobinya sejak kecil ini kini bisa dijadikan investasi. Kristik sulamannya yang berukuran besar pernah ditawar pembeli seharga 300 ribu rupiah, namun Fitri mengaku masih berat untuk melepasnya. Menurut Fitri membuat kristik ukuran 50 x 75 cm dengan pola yang agak rumit memerlukan waktu berbulan-bulan, jadi untuk sementara ia ingin memajangnya untuk sendiri saja. Beberapa hasil karyanya kini dipajang di toko air minum isi ulang miliknya. Fitri bercerita ia belajar membuat kristik pada salah satu majikannya saat masih bekerja di Jakarta. “Baru sekarang-sekarang ini saya sadar ternyata banyak sekali ilmu yang saya dapat selama merantau,” ucap Fitri.
Ilmu memang tak melulu harus didapat dari bangku sekolah. Di manapun kita berada akan selalu ada kesempatan untuk belajar dari orang-orang di sekitar kita. Seperti yang dirasakan oleh Fitri, berinteraksi dengan keluarga majikan selama bekerja di Taiwan, membuat ia banyak belajar tentang kedisiplinan, kerja keras dan pantang menyerah. Imu-ilmu yang tentunya sangat berguna bila diamalkan setelah pulang ke kampung halaman.(sa)