Majikan kunjungi rumah Solikhah.
Pemilik nama lengkap Solikhah ini adalah salah satu dari sekian banyak pekerja migran yang masih sering merindukan Taiwan. Di rumahnya yang cozy masih tertata rapi pernak-pernik khas Taiwan meski ia sudah pulang kampung sejak tahun 2004 yang lalu. Menurutnya, negeri Formosa adalah negara tempat ia menemukan impian dan memberinya banyak pilihan.
Menjadi TKI sejak Remaja
Mengawali kisahnya, Likhah bertutur bahwa sejak remaja umur belasan tahun, ia sudah merantau ke luar negeri. Di usia yang masih sangat muda, 16 tahun, Likhah sudah berani merantau ke Arab Saudi, untuk membantu membiayai hidup keluarganya. Tahun 1992 ia mulai bekerja menjadi TKW, namun nasibnya kurang beruntung karena bekerja dengan majikan yang sangat galak. Sedangkan waktu itu ia bahkan tidak tahu menahu tentang perlindungan dan hak-hak pekerja. Meskipun mengalami banyak penganiyaan toh Likhah tetap berusaha merampungkan kontrak kerjanya. “Kehidupan seperti tidak memberi saya pilihan,” tuturnya.
Baru pada tahun 2001, setelah sempat pergi lagi ke Arab Saudi dan Singapura, akhirnya Likhah bekerja di Taiwan. Di sinilah kesusahan di masa lalu serasa terbayar karena majikan sangat menyayangi Likhah dan menganggapnya seperti keluarga. Ia terkesan dengan gaya hidup penduduk Taiwan yang serba teratur dan ulet. Dari sinilah, wanita yang hobi menonton film hingga mengoleksi banyak sekali DVD yang ia beli dari Taiwan, mengaku banyak memetik pelajaran berharga dan tidak mau menyia-nyiakan waktu juga kerja kerasnya.
Pulang kembali ke Indonesia pada tahun 2004 kemudian menikah adalah kebahagian berikutnya. Likhah mengaku tetap hidup sederhana meski baru pulang dari luar negeri, “Bila hari ini saya sukses, itu adalah buah dari kerja keras, kesabaran dan hidup sederhana,” ucap Likhah memotivasi. Kesuksesan itu tidak ada yang instant, tapi justru di situlah letak kenikmatan hidup, imbuhnya.
Usaha Tabung Gas Sukses
Didukung oleh suaminya yang bekerja sebagai pekerja lapangan di salah satu cabang pertamina, pada tahun 2009 Likhah mencoba berjualan gas elpiji 4 kg. Dengan modal hanya 5 juta Likhah telaten menekuni usaha tersebut. Tak hanya berjualan, bila kiriman gas datang ia bahkan tak sungkan-sungkan untuk membantu membongkar tabung dari truk pengirim. Dari 40 tabung di awal merintis usaha, kini tabung gas yang ia miliki sudah mencapai ratusan. Pelanggan dari warung-warung yang selalu mengambil gas dalam jumlah banyak menjadi pasaran utama, selain penduduk Desa langgongsari, tempat Likhah tinggal yang kini rata-rata menggunakan kompor gas untuk memasak.
Bukan tanpa halangan, usaha yang Likhah tekuni juga terkadang menemui kendala, kesulitan yang paling sering terjadi adalah bila ada pembeli yang mengaku tabung gasnya bocor setelah satu atau dua hari membeli. Jika sudah begitu mereka akan meminta ganti dengan tabung isi penuh, sedangkan tabung dipulangkan dalam keadaan kosong. Menyiasati hal ini, Likhah selalu meminta tabung gas dengan kondisi bagus saat memesan gas dari perusahaan elpiji yang menyuplai gas ke rumahnya.
Usahanya kini sudah terlihat hasilnya, sebuah ruangan sengaja dibangun untuk gudang tabung gas yang dinamai Toko Berkah. Dengan harga jual yang miring sudah tentu lebih banyak pembeli yang menjadi pelanggan meskipun rumah mereka jauh. Toko yang sudah memiliki ijin resmi dan menjadi pangkalan gas kini dapat menghidupi keluarga kecilnya. Wanita yang sudah dikaruniai 2 orang anak ini mengaku sudah merasa memiliki semuanya, keinginannya sekarang hanya membesarkan anak-anak dan memberikan pendidikan yang terbaik.
Mantan Majikan Berkunjung ke Rumah
Selain sibuk mengelola usaha tabung gas, Likhah juga aktif di berbagai kegiatan di masyarakat. Mengadakan arisan dan pengajian mingguan di wilayah RT. Ditanya apakah ada keinginan untuk kembali ke Taiwan? Likhah mengiyakan, ia mengenang masa-masa paling berkesan saat bekerja di Taiwan adalah ketika diajak berlibur ke Jepang dan Pulau Hawai. Pergi ke tempat wisata seperti itu terasa mustahil bila dirinya tidak bekerja sebagai TKW. Bila ada kesempatan, Likhah yang dulu bekerja di daerah Neihu ini ingin kembali ke Taiwan tapi bukan sebagai pekerja melainkan berkunjung ke tempat majikannya dulu. Silaturahim dengan bekas majikan memang tidak terputus hingga sekarang. Saat anak-anaknya lahir majikan selalu mengirimkan hadiah perlengkapan bayi yang dipaketkan langsung dari Taiwan.
Komunikasi yang terus terjalin dengan bekas majikan bukan sekedar cerita. Pada tahun 2009, majikan yang biasa ia panggil dengan sebutan Da Jie atau kakak ini benar-benar berkunjung ke Indonesia dan tinggal di rumahnya selama satu minggu. Kehadiran orang asing di rumahnya kontan membuat para tetangga heboh meski sebenarnya mereka sudah diberi tahu terlebih dahulu. Menurut Likhah majikannya tidak hanya baik tapi sangat rendah hati, “Meski orang kaya, Da Jie tidak canggung tinggal di rumah kami yang apa adanya,” kenangnya. Kedatangan majikannya tidak hanya membuat Likhah bahagia, tapi juga seluruh keluarga besar Likhah yang turut kebagian hong bao dan hadiah.
Menutup perbincangan kami, Likhah yang sudah banyak makan asam garam kehidupan ini berpesan agar teman-teman menggenggam erat mimpi-mimpi dan jangan menyia-nyiakan waktu. Jangan memutus tali silaturahim, karena itu salah satu jalan untuk menyambung rizki. Siapa tahu majikan-majikan kalianlah yang kelak akan berkunjung ke Indonesia.(sa)