Foto-foto diambil dari CNA.
Sebuah program yang menawarkan pelatihan khusus sesuai bidang yang diminati bagi pekerja migran Indonesia diselenggarakan oleh KDEI dan GWO dilaksanakan untuk pertama kalinya di Taipei pada hari Minggu (10/9). Exit program tersebut bertujuan membantu pekerja migran mempersiapkan kehidupan yang baru setelah mereka kembali ke Indonesia.
Sekitar 40 pekerja migran Indonesia bergabung dalam program tersebut. Di antaranya sebanyak 25 orang mengikuti kelas membuat kue, dan 15 orang mengikuti kelas e-commerce atau kelas perdagangan.
Program yang diprakarsai oleh KDEI dan bekerja sama dengan Global Workers Organization (GWO) ini menawarkan kursus selama 10 minggu secara berturut-turut yang diadakan pada setiap hari Minggu, dan memberikan sertifikat di akhir pelatihan.
Kelas-kelas tersebut saat ini untuk sementara hanya ditawarkan kepada pekerja Indonesia, akan tetapi segera diadakan untuk pekerja asal Filipina dan Vietnam, terutama mereka yang akan segera kembali ke negara asalnya.
Karen Hsu (徐瑞希), Ketua GWO mengatakan bahwa inisiatif tersebut dimotivasi oleh keinginan untuk membantu para pekerja asing terutama kaum wanita supaya dapat memperluas keahlian mereka dan memperbaiki taraf hidup yang lebih baik.
Banyak care taker asing wanita tidak pernah mendapat kesempatan untuk menerima pelatihan formal dan terpaksa meninggalkan keluarga mereka dan menjadi buruh di luar negeri, hal inilah yang mendorong GWO untuk turut berpartisipasi.
Sementara itu, CNA juga mewawancarai beberapa pekerja asing yang mengikuti acara tersebut. Tari Sutarni, salah seorang pengasuh asal Indonesia berusia 39 tahun yang telah bekerja di Taiwan selama lebih dari sembilan tahun mengatakan bahwa dia berencana untuk membantu pertanian keluarganya saat kembali ke kampung halamannya di Ponorogo tahun depan. Dengan mendapat keterampilan membuat kue kering ini, dia bisa mempraktikkan ilmu tersebut dan menjual kue di waktu luangnya.
Dwi Tantri (49), salah satu aktivis pekerja migran yang telah bekerja di Taiwan selama tujuh tahun, juga mengatakan bahwa keterampilan yang dipelajari dalam program pelatihan tersebut dapat dimanfaatkan dengan baik di Indonesia. Ia pun mengatakan bisa membuka usaha toko roti saat kembali ke tanah air.
Namun, tidak semua pekerja migran bisa mengikuti kelas tersebut dikarenakan kendala libur. Kepada CNA, Farid perwakilan BNP2TKI mengatakan bahwa beberapa majikan tidak mengizinkan pekerja mereka untuk libur. Ia pun meminta pada para majikan agar dapat mengizinkan pekerja mereka mengikuti program pelatihan tersebut.
Saat dihubungi oleh Indosuara, Kadir perwakilan BNP2TKI pun mengatakan bahwa program tersebut diharapkan bisa tersambungkan dengan program pemberdayaan dari Kemenaker dan BNP2TKI kelak saat TKI pulang ke Indonesia.