Foto diambil dari Central News Agency.
Dua pekerja Indonesia yang tidak pernah bekerja di Taiwan sebelumnya telah dikeluarkan visa kerjanya pada hari Kamis oleh TETO. Pekerja migran tersebut akan bekerja di sektor manufaktur di Taiwan, sementara tujuh lainnya akan mengikuti langkah tersebut, ujar salah satu pejabat dari Kantor Ekonomi dan Perdagangan Taipei (TETO) di Jakarta.
Kepada media lokal CNA, TTO mengatakan bahwa meskipun skema perekrutan langsung antara Taiwan dan Indonesia telah berlaku selama beberapa tahun ini, tetapi skema ini hanya berlaku untuk pekerja Indonesia yang pernah bekerja di Taiwan.
Pengaturan baru yang dilaksanakan pada bulan Juli ini, memungkinkan pekerja sektor manufaktur dari Indonesia untuk pertama kalinya menggunakan skema perekrutan langsung. Setiap aplikasi diharapkan akan diproses dalam waktu dua bulan, kata TETO.
Dua pekerja migran akan bekerja untuk majikan Taiwan yang sama, yang akan menanggung biaya paspor, visa, tiket pesawat, pelatihan dan biaya terkait lainnya.
Ini sejalan dengan tujuan “zero cost” yang dicanangkan pemerintah Indonesia untuk pekerja migran. TETO memuji skema tersebut sebagai “tonggak” dalam kerja sama bilateral hubungan Taiwan-Indonesia, yang menyediakan saluran perekrutan antara pengusaha dan pekerja dimana mampu mengurangi beban biaya pada pekerja migran.
Sebelumnya, pekerja migran Indonesia diharuskan membayar biaya agensi tenaga kerja yang mahal dan biaya lainnya, biasanya dengan mendapatkan pinjaman dari bank atau perusahaan pemberi pinjaman dan membayar mereka melalui pemotongan gaji.
Skema uji coba hanya terbuka untuk sektor manufaktur, dan pelamar hanya dapat mendaftar melalui TETO di Jakarta. Dari situ, layanan akan diperluas ke kantor perwakilan Taiwan di Surabaya setelah uji coba tersebut berhasil.
Di bawah skema perekrutan langsung, pengusaha meminta pekerja migran di Pusat Layanan Perekrutan Langsung di bawah Kementerian Tenaga Kerja atau Ministry of Labor (MOL). MOL kemudian mengeluarkan izin mempekerjakan bersama dengan kantor perwakilan Indonesia di Taipei dan menyampaikan informasi itu kepada pihak berwenang Indonesia, kemudian mencari pelamar yang sesuai pada database mereka.