Libur lebaran selalu menyisakan sampah sebagai kenangan yang akhirnya menjadi bulan-bulanan peliputan media lokal, tapi itu dulu. Kini tidak lagi. Berkat teguran itulah beberapa aktivis TKI di Taiwan ini memikirkan cara untuk mencegah kembali pemberitaan miring media lokal mengenai lebaran dan sampah.
“Sudah sepatutnya bersyukur jika pemerintah Taiwan telah mengizinkan dan memberikan fasilitas untuk merayakan hari raya. Jadi, jangan ditambahi dengan banyaknya sampah yang berserakan setelah lebaran. Terang saja orang Taiwan geram, karena ini bukan negara kita, dan kita hanya numpang untuk mencari rezeki di sini, jadi harus menghargai.” Ujar salah satu aktivis yang tak mau disebutkan namanya.
Rekan-rekan perlu berbangga dengan beberapa aktivis TKI yang tak hanya gencar melakukan berbagai kegiatan hiburan atau religi di negeri ini, melainkan para aktivis yang sadar akan pembaharuan citra bangsa Indonesia. Tak mau disebut sebagai pembuat sampah setelah lebaran, para aktivis yang terdiri dari TAMAN BACA TKI, ATKI, IPIT, PANTURA, dan PPSF ini berbenah, bersih-bersih Aula TMS. Para aktivis juga mengingatkan para pengunjung WNI untuk tidak meninggalkan sampah.
Tantri Shakinah, salah satu pelopor Taman baca TKI yang setiap Minggu berada di aula TMS ini sempat gregetan dengan ulah rekan-rekan TKI yang tak sadar kebersihan. Saat diwawancarai Indosuara, Tantri menuturkan bahwa dirinya dan tim lainnya harus bekerja keras mulai dari pukul 09.30 pagi hingga pukul 19.00 untuk mengumpulkan sampah. “Saya gregetan, sampahnya itu loh, buanyak” Ujarnya pada Indosuara.
Tak hanya itu, Tantri juga diminta Direktur atau Kepala TMS serta pihak kepolisian untuk memberikan pengumuman pada seluruh pengunjung untuk segera pulang karena besok pagi masih bekerja. Hal tersebut dikarenakan hingga pukul 19.00, para pengunjung TKI ini masih saja betah duduk di aula TMS. Setelah pengumuman tersebut dikumandangkan, barulah pada pukul 19.30 rekan-rekan TKI meninggalkan aula.