Indonesia kembali berjaya dalam sebuah kompetisi kepenulisan yang diselenggarakan oleh pemerintah Taiwan untuk para pekerja migran. Kompetisi yang diselenggarakan ketiga kalinya yang diikuti oleh Negara pekerja migran dari Indonesia, Filipina, Thailand, dan Vietnam ini didominasi oleh pemenang dari Indonesia.
Justto Lasoo, siapa TKI Taiwan yang tak mengenalnya. TKI Taiwan multitalenta ini setelah bulan lalu menjadi juara ketiga Netizen Journalist yang diadakan oleh pemerintah Taiwan, Minggu, 04 September 2016 ini kembali menunjukkan bakatnya dalam dunia literasi dengan menyabet 2 kategori sekaligus. Kategori pertama sebagai juara 1 dengan hadiah uang tunai sebesar NT$ 100.000, dan kategori kedua sebagai juara favorit dengan hadiah NT$ 20.000 melalui cerpennya berjudul Nyanyian Ombak yang berkisah perjuangan seorang TKI sebagai nelayan.
Kepiawaian menulis ketua Forum Lingkar Pena Taiwan (FLP Taiwan) ini tidak perlu diragukan lagi. Hal ini terbukti dengan dirinya yang telah menerbitkan sebuah novel bertajuk Kutemukan Cahaya di Bumi Formosa. Kemahirannya dalam dunia tulis pun sudah diakui oleh banyak orang, selain sebagai kontributor Indosuara, bukti lain kemampuannya dalam dunia literasi juga sudah diakui oleh warga Taiwan, hal ini terbukti dengan didaulatnya lelaki asal Solo, Jawa Tengah ini menjadi tim juri Taiwan Literature Award for Migrant (TLAM)2015 lalu.
‘Ucapan adalah doa’ ungkapan ini rasanya tepat menjadi contoh bukti nyata sebuah ucapan. Selepas menjadi tim juri TLAM 2015, lelaki bernama asli Laso Abdi ini dalam setiap kompetisi ini selalu percaya diri, sehingga ucapannya berbuah menjadi doa.
“Nanti saya juara pertama, kalian juara lainnya.” Katanya dan kata-kata tersebut telah didengar oleh Tuhan dan menjadi kenyataan.
“Saya masih tidak percaya saya telah menjadi juara pertama, bahkan sekaligus juara favorit. Bahkan sampai saat piala ini sudah di tangan saya, saya masih merasa seperti mimpi.” Ungkap Justto Lasoo dalam sambutannya menerima piala kemarin hari Minggu (4/9).
Selain Justto Lasoo, masih ada 3 nama pemenang dari Indonesia yang membuat harum nama TKI Taiwan yaitu Abdullah Mubarak, Tari Sasha, dan Umirah Ramata. Selain atas nama para pemenang piala juga diberikan atas nama grup kepenulisan di mana sang juara mengasah kemampuan menulisnya yaitu Forum Lingkar Pena Taiwan. Grup kepenulisan yang berpusat di Indonesia yang “melahirkan” beberapa nama penulis besar seperti Habiburrahman El Shirazy dan Asmanadia ini.
Acara penyerahan piala yang diadakan di gedung National Taiwan Museum, Taipei ini pun di meriahkan oleh alunan lagu-lagu ciptaan TKI Taiwan dengan diiringi irama akustik oleh para TKI dalam formasi Trio.
Ajang kepenulisan dengan hadiah ratusan ribu NT$ ini tentu saja menjadi penyemangat para TKI Taiwan dan purna TKI Taiwan untuk terus belajar dan mendalam dunia literasi agar citra TKI atau TKI menjadi lebih baik, tidak hanya ter-ekspos oleh hal-hal yang negative saja. Dengan menulis kita dapat mengungkapkan apa yang tidak dapat kita ucapkan, dengan menulis orang lain akan dapat memahami apa yang telah terjadi, apa yang kita butuhkan, apa yang kita inginkan, dan semoga dengan tulisan para TKI Taiwan, banyak pihak akan lebih tahu seperti apa menjadi pekerja migran, serta akan lebih memperlakukan pekerja migran lebih baik lagi. (rf)