Jika Anda adalah pembaca setia majalah Indosuara pasti tak asing dengan pemberitaan IS Peduli, yaitu rubrik yang menampilkan rekan-rekan TKI yang sakit atau tertimpa musibah yang dibantu diberikan dana IS Peduli. Juwariyah, TKI yang bekerja di Taichung ini adalah pembaca setia Indosuara sekaligus salah satu siswa Kelas Komputer bersertifikat yang diadakan Indosuara. Juwariyah mengirimkan surat ucapan terima kasih karena telah berangsur membaik dari sakit pinggangnya yang pernah dianjurkan dokter untuk operasi dengan biaya mahal.
Awal ceritanya, TKI tersebut divonis dokter mengalami kerusakan tulang dan harus meminum obat dokter setiap hari. Bahkan dokter menganjurkan ia untuk operasi dengan biaya NT$ 100,000. Sebagai pecinta majalah Indosuara, ia dikagetkan dengan pemberitaan Indosuara IS Peduli di halaman 133 edisi bulan Maret dimana ada seorang pekerja pabrik bernama Ahmad terancam dipulangkan karena kaki kirinya tak bisa digerakkan. Di pemberitaan tersebut Ahmad akhirnya melakukan terapi pada salah seorang tenaga medis di China Medical University Hospital. Hasilnya, Ahmad sembuh total dan bisa bekerja kembali setelah terapi beberapa minggu.
Juwariyah setelah membaca berita itu akhirnya menghubungi redaksi Indosuara untuk meminta nomor telepon terapis yang menangani Ahmad. Indosuara memberikan nomor telepon wartawan yang menangani kasus tersebut. Singkat cerita, Juwariyah akhirnya mendapatkan terapi dari tenaga kesehatan tersebut. Kondisinya kini sudah membaik sekitar 70% pinggangnya sudah tidak sakit lagi. Bahkan ia sudah tak lagi minum obat dokter maupun operasi. Menurut terapis Juwariah, ia mengalami kerusakan pada tulangnya sebanyak 65%.
Berikut rangkuman tulisan surat Juwariyah kepada Indosuara
Bersama surat ini saya ucapkan banyak terima kasih kepada redaksi Indosuara yang telah memberikan nomor telepon wartawan Indosuara untuk meminta nomor telepon terapis yang pernah diberitakan di majalah Indosuara pada edisi Maret 2016. Saya ucapkan terima kasih tak hanya bantuan informasi medis yang telah diberikan, melainkan juga pembelajaran kelas pendidikan yang diadakan oleh Indosuara.
Saya datang ke Taiwan tahun 1996. Usia saya sudah cukup tua. Tempat kerja saya di Taichung, jauh dari Taipei. Tetapi saya mengikuti kelas pembelajaran komputer yang diadakan Indosuara setiap bulan pergi ke Taipei. Teman-teman saya pernah menertawakan saya karena jauh-jauh ke Taipei ikut les untuk apa, buang-buang uang saja. Namun saya tetap semangat belajar.
Majalah Indosuara adalah teman setia yang selalu menemaniku. Suatu saat saya baca berita majalah Indosuara di halaman 133 edisi Maret. Saya kagum dengan cerita Ahmad yang melakukan terapi dengan tenaga medis China Medical University Hospital. Kemudian saya menghubungi Indosuara untuk meminta nomor telepon terapis tersebut. Redaksi Indosuara memberikan nomor telepon wartawannya yang menulis berita tersebut.
Saya pun akhirnya menghubungi wartawan tersebut dan alhamdulilah diberikan nomor telepon terapis yang saya perlukan itu. Setiap hari saya minum obat dari dokter yang hanya meringankan sakit saja. Alhamdulilah setelah melakukan terapi dengan tenaga medis tersebut, akhirnya 70% kondisi saya membaik dan tidak sakit lagi. Wartawan Indosuara menulis berita tersebut memang benar, nyata ada. Ini kenyataan yang saya alami. Terima kasih Indosuara.
Juwariyah, Pelangganmu.