Foto diambil dari UDN.
Taiwan sediakan 2 penjaga yang siap menggotong dan membantu memandikan TKI yang mengalami gangguan mental saat sedang dikarantina di pusat karantina Taiwan selatan. TKI yang tak disebutkan namanya tersebut mendapatkan perlakuan spesial dari Taiwan karena pada saat ia menjalani karantina, dirinya mengalami gangguan mental. Diduga TKI tersebut tak terbiasa hidup sendiri sehingga ia berhalusinasi dan melakukan tindakan aneh. Pusat penjaga karantina Taiwan pun mengirimkan 2 orang penjaga untuk menggotongnya dan membantu memandikan TKI tersebut.
Tak hanya kasus tersebut yang menarik perhatian warga lokal Taiwan. Wang, Kepala Eksekutif Asosiasi Kesejahteraan Medis Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan, yang bertanggung jawab atas pusat karantina, mengungkapkan dua kasus khusus yang menyentuh di Facebook kemarin, yaitu seorang ibu yang baru kembali dari Inggris bersama 3 anaknya dan kasus seorang pekerja migran asal Indonesia.
Lebih dari 30.000 orang telah ditampung di 4.500 kamar pada 40 pos pemeriksaan karantina terpusat di seluruh Taiwan, dan tim karantina pun memperlakukan setiap orang layaknya sebagai anggota keluarga mereka sendiri.
Kasus yang lain adalah pada tanggal 25 Januari, dia menerima pesan yang tidak dikenal di Facebook. Ternyata seorang ibu yang cemas karena dia harus membawa tiga anak kecil kembali ke Taiwan dan dia khawatir jika akan dipisahkan selama masa karantina. Pusat karantina pun akhirnya memberikan ruangan yang cukup besar untuk ibu dan ketiga anaknya agar dapat tinggal bersama.
Satu kasus lagi yang paling menyentuh berada pusat karantina di Taiwan selatan adalah seorang pekerja migran asal Indonesia yang mulai mengalami halusinasi visual dan pendengaran dan tidak mampu mengurus dirinya sendiri. Wang mengatakan bahwa pusat karantina telah membantunya dalam mencari perawatan medis, dua orang ditempatkan sebagai penjaga dengan mengenakan peralatan pelindung lengkap dan membawanya ke bawah dan menggotongnya ke ambulans tanpa lift.
Setelah pekerja migran kembali dari dokter, dua orang perawat setiap hari mengenakan baju perlindungan, memberi obat, membantunya mandi, dan merawatnya dengan baik hingga masa karantina berakhir. Dua penjaga karantina ini memberikan banyak tenaga dan menggunakan ratusan pakaian isolasi demi untuk merawat Pekerja migran tersebut. Kini Kondisi mental TKI tersebut berangsur-angsur stabil.