Foto diambil dari Luodong Police Department.
Sebanyak 2 wanita asal Vietnam yang telah kabur saat datang ke Taiwan dengan visa wisata, mengaku terlibat dalam perdagangan seks atau menjadi pelacur saat tiba di Yilan, Taiwan barat.
Menurut laporan lapor UDN, dua wanita Vietnam yang berusia 25 dan 37 tahun, dicurigai bepergian ke Taiwan dengan kedok “jalan-jalan” ternyata terlibat dalam bisnis pelacuran.
Dua wanita Vietnam yang telah melakukan perjalanan ke Taiwan pada November tahun lalu ditangkap karena memperpanjang e-visa mereka dan kemudian mengakui kepada petugas bahwa mereka telah bekerja dalam perdagangan seks di Kabupaten Yilan Taiwan.
Setelah kejadian pelarian massal terhadap 148 turis Vietnam dari kelompok wisata asal Vietnam bulan lalu, unit operasi khusus Badan Imigrasi Nasional di Yilan berkoordinasi dengan polisi Luodong dan Polisi Militer Yilan dalam melakukan inspeksi bersama untuk melakukan penggerebekan di tempat-tempat pusat pekerja migran.
Selama pencarian, tim menemukan dua wanita Vietnam yang telah memperpanjang masa tinggal visa mereka di sebuah rumah di Luodong Kabupaten Yilan. Pada tanggal 22 November, kedua wanita itu memasuki Taiwan untuk “jalan-jalan” melalui “program e-visa Kuan Hung” (觀 宏 專案), tetapi diduga disewa oleh wanita Vietnam lainnya yang bermarga Pan (潘) untuk bekerja dalam perdagangan seks ilegal.
Selama pemeriksaan oleh polisi, para wanita tersebut mengakui bahwa mereka memang terlibat dalam pelacuran dan dibayar NT $ 1.000 (US $ 32) per klien, meskipun Pan menagih setiap pelanggan NT $ 2.200 harga aslinya. Para wanita asal Vietnam tersebut mengatakan bahwa mereka memiliki tiga hingga empat klien sehari.
Ketika diinterogasi oleh polisi, Pan menyangkal terlibat dalam perdagangan seks dan mengklaim bahwa dia hanya menyediakan penginapan bagi para wanita. Badan Imigrasi akhirnya menuntut dua wanita itu karena melanggar Undang-Undang Imigrasi.