Foto ilustrasi diambil dari Apple Daily.
Rupiah Indonesia terus menurun hanya dalam 3 bulan, terutama karena investor berpikir Indonesia sedang mengalami defisit perdagangan dan ketergantungan pada impor minyak sehingga membuat Indonesia rentan terhadap penjualan dari pasar-pasar baru dan juga dipicu oleh gejolak keuangan di Turki dan Argentina.
Seperti yang ditulis oleh Apple Daily, para ahli menganalisa bahwa rupiah Indonesia akan menembus Rp15.000 untuk 1 dolar AS dan hal tersebut paling terburuk semenjak Asia terjebak dalam gejolak keuangan pada tahun 1998 silam.
Kepala Operasional Rickten Securities Sydney, Nick Twidale, mengatakan jika rupiah terus hingga menembus Rp 15,000 keadaan akan semakin memprihatinkan.
Rupiah Indonesia telah terbebani 6,97% dalam tiga bulan terakhir, meskipun bank sentral telah mengambil langkah untuk terlibat campur tangan di pasar mata uang dan pasar obligasi. Bank sentral Indonesia telah menaikkan suku bunga sebesar 4 persen sejak Mei.
Stephen Innes, kepala perdagangan untuk perdagangan Asia-Pasifik di OANDA di Singapura, mengatakan: “Defisit perdagangan Indonesia dan ketergantungan pada impor minyak adalah hal yang paling memukul mata uang Indonesia.”
Namun tidak semua orang pesimis. Bank RHB Malaysia mengharapkan rupiah Indonesia akan kembali pada angka 14.500 pada akhir tahun, dan bank sentral dapat berhasil menghentikan penurunan.