Indosuara mendapat kesempatan melakukan wawancara secara eksklusif bersama Norman Adiguna, perwakilan BNP2TKI-KDEI di akhir masa jabatannya. Norman yang sudah bekerja selama 6 tahun di BNP2TKI ini pun menyatakan rasa kagumnya kepada para TKI yang luar biasa dalam rasa kekeluargaan, prestasi hingga sering mengadakan kegiatan besar setiap bulannya. Berikut wawancara kami bersamanya di tempat kerjanya kantor KDEI, Neihu Taipei.
Apa perbedaan menangani kasus saat berada di BNP2TKI di Indonesia dengan secara langsung di Taiwan?
Perbedaannya lebih kepada praktisi. Jika dulu semasa saya masih di BNP2TKI Lombok, sering minta bantuan perwakilan untuk meminta data. Bahkan untuk mencari solusi atau bantuan pun harus menunggu dari pihak perwakilan di negara penempatan. Namun di Taiwan bisa melihat secara langsung permasalahan yang dialami TKI. Jika ada TKI yang terkena masalah, kita bisa langsung membantunya. Memang, tidak semua bisa ditangani secara cepat saat itu juga dikarenakan keterbatasan. Namun yang pasti, di Taiwan bisa melihat beragam kehidupan TKI, ada yang senang, ada yang bermasalah, itulah justru keindahannya terletak di sana.
Selain itu, saya pribadi juga merasa salut dengan rekan-rekan TKI yang bisa mengadakan tabligh akbar sendiri, tanpa bantuan KDEI, itu hal yang luar biasa. Setiap hari Minggu saya juga menyempatkan untuk berjalan-jalan sendiri di TMS dan melihat rekan-rekan TKI berkumpul, ada yang membeli barang-barang untuk orang tua dan anak-anaknya, ada yang pacaran ada yang hanya sekedar berbincang nongkrong di aula TMS, wah itu pemandangan yang indah bisa melihat keadaan rekan-rekan yang saya layani secara langsung.
Selain itu beragam prestasi juga bisa saya lihat secara langsung di sini. Kalau dulu di Indonesia saya hanya mendengar kabar dari orang lain mengenai TKI kita. Namun di sini saya melihat sendiri sederetan prestasi yang luar biasa seperti ada TKI berprestasi di bidang Tai Chi, dan ada juga wisuda TKI dari Universitas terbuka. Hal-hal seperti inilah yang tidak bisa saya lihat di Indonesia. Di Indonesia lebih banyak mendengar kasus, dibandingkan di Taiwan ternyata lebih banyak melihat keindahannya.
Selama 3 Tahun Menjabat sebagai Perwakilan BNP2TKI di Taiwan, Kasus Apa yang Paling Sering Ditangani?
Ketidakcocokan dengan majikan itulah kasus yang sering ditemukan. Sebenarnya, masalahnya simpel dikarenakan beda budaya. Solusi yang biasanya kita ambil ya, mencoba menjadi jembatan antara majikan dan TKI menjadi akur kembali.
Apakah permasalahan job yang tidak sesuai masih banyak diadukan TKI?
Pelaporan mengenai job yang tidak sesuai dikarenakan TKI tersebut tidak cocok dengan majikan. Ada juga TKI yang ternyata dipekerjakan di pekerjaan yang tidak sesuai job namun enjoy saja. Padahal itu adalah termasuk kasus salah job. Jika TKI tersebut enjoy dan tidak ada masalah, yang penting dia bisa bekerja dengan baik dan gaji tetap lancar, ya tidak ada masalah.
Nah, yang menjadi masalah jika TKI tersebut tidak cocok dengan majikan. Banyak TKI yang mendapatkan pekerjaan tak hanya menjaga orang tua saja, namun jika ia cocok biasanya tidak ada masalah, tetapi yang menjadi masalah adalah yang tidak cocok.
Saya pun pernah memberitahukan rekan-rekan TKI informal yang bekerja di sektor rumah tangga. Sangat susah jika kita menginginkan sesuatu yang fokus hanya pada menjaga orang tua saja. Bekerja di sektor rumah tangga pastinya ada beberapa hal yang tidak sesuai, seperti diminta mencuci piring, membersihkan rumah dan sebagainya.
Saya pun menganjurkan untuk rekan-rekan TKI agar bisa bekerja dengan rasa tanggung jawab seperti pada keluarga, sehingga hubungan antara TKI dan majikan menjadi baik. Segala sesuatu pasti ada solusinya karena pemerintah Taiwan sangat kooperatif mengenai hal ini.
Salah satu masalah lain akibat ketidakcocokan, akhirnya banyak yang minta pindah majikan. Selama ini jika ada TKI yang dipecat oleh majikan sebelum masa kontrak, bisa langsung mengadu ke KDEI atau lembaga pengaduan yang lain. Namun jika ada TKI yang ingin pulang cepat, lapornya ke kami adalah ia dipersulit untuk pulang. Padahal kenyataannya, dalam hal ini TKI yang “memecat” majikan karena ingin pulang sebelum masa kontrak habis.
Beberapa waktu lalu anggota DPR mengumumkan jika akan dipertimbangkan kebijakan baru mengenai perpanjangan kontrak yang tidak perlu pulang ke Indonesia. Bagaimana menurut Anda, apakah ada sisi positif dan negatifnya?
Sisi positifnya, dari sisi teman-teman TKI biaya berkurang, tidak ada potongn lagi.
Namun kalau saya melihat, ada baiknya jika rekan-rekan TKI pulang dulu setelah kontrak karena Anda di sini kan bekerja untuk keluarga. Ada yang bekerja demi orang tua, suami dan anak. Alangkah baiknya jika pulang terlebih dahulu untuk menjenguk keluarga.
Bagian konselor pun banyak menerima pengaduan kasus TKI yang menuntut cerai pada suaminya. Hal tersebut berarti hubungan keluarga memburuk. Nah kalo kebijakan tersebut disahkan berarti ada sisi positif dan negatifnya. Positifnya di pekerjaan mereka menjadi lebih baik, namun sisi negatifnya, akan banyak terjadi perceraian keluarga.
Taiwan telah membuka Direct Hiring sektor Formal untuk semua negara, Mengapa Indonesia tidak membuka kesempatan tersebut seperti negara-negara lain?
Berita terbarunya, kini kami akan mengkaji hal tersebut, dan sudah mendapat izin dari Indonesia. Namun kesulitannya adalah apakah TKI kita sudah bisa mandiri 100%? Contoh, untuk TKA Filipina yang masuk bekerja di Taiwan dengan sektor Direct Hiring (DH) ini persyaratannya minimal D3. Kalau re-entry DH formal harus mandiri, tanpa bantuan. Namun saat ini masih mengkaji hal tersebut dikarenakan masih banyaknya rekan-rekan TKI yang masih belum mandiri, misalnya hal yang simpel saja banyak yang menanyakan alamat KDEI serta transportasi yang digunakan untuk ke sini. Hal simpel tersebut ditanyakan ke tempat pengaduan kasus.
Pesan untuk teman-teman TKI?
Salut dengan teman-teman di sini, rasa persaudaraannya yang tinggi, bahkan banyak organisasi di sini. Banyak TKI yang mengatakan jika diri mereka adalah lemah, sebagai kaum tertindas dan hanyalah seorang TKI. Padahal jika kita tahu bahwa hampir setiap bulan bahkan dua minggu sekali diadakan tabligh akbar secara megah mengundang ustad terkenal bahkan ada juga artisnya, apakah itu pantas disebut lemah? Anda adalah orang-orang hebat!
Jika teman-teman TKI sendiri menilai bahwa mereka adalah kaum lemah, maka akan terus-terusan merasa dirinya lemah karena pemikiran yang seperti itu. Jadi rekan-rekan TKi harus terus maju.
Kalau bisa tolong jangan mengumbar permasalahan setiap hari di media sosial, sehingga menimbulkan persepsi bahwa bekerja menjadi TKI di Taiwan itu susah setiap hari. Unggahlah sesuatu yang berdampak positif sehingga menyemangati yang lain. Selamat bekerja, semoga sukses.