Foto diambil dari CNA.
Kementerian Perhubungan dan Komunikasi (MOTC) akan berupaya menentukan solusi optimal, yang mempertimbangkan opini publik, sebelum membuat keputusan kapan pelarangan duduk di lantai aula Taipei Main Station akan berakhir.
Lin Chia-lung (林佳龍) membuat komentar setelah tanggapan beragam terhadap penolakan terhadap proposal Administrasi Kereta Api Taiwan (TRA) sebelumnya pada hari Senin bahwa larangan duduk di lantai TMS saat ini akan tetap diberlakukan tanpa batas waktu.
Lin mengatakan bahwa aula utama harus dibuka sesegera mungkin karena itu adalah ruang publik di mana pekerja migran sering berkumpul dengan teman-temannya pada hari libur mereka karena tempat luas dan ber-AC.
Namun, Lin berjanji untuk menemukan titik temu sehingga aula dapat digunakan tanpa mengorbankan kenyamanan dan keselamatan penumpang.
Sementara beberapa orang setuju dengan posisi awal TRA pada hari Senin bahwa larangan tersebut, yang diberlakukan pada bulan Februari untuk mengekang penyebaran COVID-19, akan tetap berlaku secara permanen.
Wu Jing-ru (吳靜 如), seorang peneliti di Asosiasi Pekerja Internasional Taiwan, mengatakan keputusan TRA untuk melanjutkan larangan tersebut mewakili “diskriminasi atas nama pandemi.”
Ruang publik yang besar seharusnya tidak hanya digunakan untuk pameran dan bisnis, tetapi juga sebagai ruang ketiga bagi pekerja migran untuk bersantai dan bersosialisasi, katanya.
Lee Ker-tsung (李克聰), seorang pakar teknologi dan manajemen transportasi Yayasan Konsumen, China Taipei, mengatakan aula itu tidak sepenuhnya digunakan dari perspektif manajemen transportasi.
Ada beberapa toko tetapi sedikit kursi di aula, dan stasiun perlu mengevaluasi dengan lebih baik kebutuhan orang untuk duduk, katanya.
Hsin Ping-lung (辛炳隆), seorang associate professor di Institut Pengembangan Nasional Universitas Nasional Taiwan, menyarankan opsi ketiga.
Kekhawatiran TRA bisa dimengerti, tetapi itu bisa membuat pekerja migran tidak punya tempat untuk berkumpul, tambahnya.
Para pekerja malah bisa dipaksa untuk berkumpul di dekat toko-toko, dan ia menyarankan pemerintah menyediakan tempat lain untuk pertemuan massal.
Netizen yang menentang larangan itu terus mengajukan protes di aula pada 23 Mei dan mendesak masyarakat untuk mengadakan piknik, bernyanyi, duduk atau berbaring untuk menyatakan ketidakpuasan.
TRA mencatat bahwa pertemuan massal dan duduk di tanah di aula saat ini dilarang karena pandemi dan bahwa siapa pun yang melanggar aturan kesehatan masyarakat akan didenda.
Menyusul perdebatan sengit tentang pernyataan resmi yang tampaknya saling bertentangan, Lin mengatakan TRA telah membentuk satuan gugus tugas untuk mengevaluasi masalah ini dan akan berusaha menemukan solusi bersama. Kuncinya adalah dengan melibatkan publik dalam dialog.