Foto: Sri Purwati sedang praktik potong rambut, sementara orang tua yang dirawatnya menanti di belakang sumber (ANTARA/Erafzon SAS)
Kursus salon bagi TKI di Taipei yang diselenggarakan NGO Global Workers Organization minim peserta. Karena mahalnya peralatan kursus ini hanya diikuti oleh dua orang peserta!
Karen Hsu, dari NGO Global Workers Organization, Taiwan, mengatakan pelaksanaan kursus tata rias bagi TKI ini memang terbentur biaya. Peserta harus memiliki peralatan tata rias, seperti gunting pemotong rambut yang baik, boneka, rambut palsu dan perangkat tata rias lainnya seperti yang dimiliki perias salon profesional. Padahal itu harganya mahal.
Memang tidak tanggung karena yang didatangkan adalah pelatih rias profesional yang menerapkan standar tinggi agar usai berlatih TKI bisa membuka salon dengan kualifikasi profesional.
Dampaknya, meski minat kursus potong rambut cukup tinggi di Upskil Center, Taipei, tetapi hanya dua peserta yang menjadi peserta kursus. Berbeda dengan kursus lainnya mencapai puluhan orang.
Salah satu peserta kursus tata rias dan salon adalah Sri Purwati (34) yang sudah enam tahun menjadi perawat orang tua di rumah majikannya. TKI asal Pacitan ini berencana setelah kembali ke tanah air akan membuka salon di kampung halamannya.
Majikan mengizinkan orang tua yang diasuh Wati untuk dibawa ke tempat kursus. Asuhan Wati itu berusia 85 tahun dan menderita Alzhemeir, tidak bisa berbicara tetapi bisa memahami perkataan lawan bicaranya.
Sebelumnya Wati ikut kursus bahasa Mandarin dan Bahasa Inggris. TKI tamat SMP itu juga sedang mengikuti Kejar Paket C untuk mendapat ijazah SMA yang diselenggarakan Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia (KDEI). (Ol)