Foto diambil dari Taipei Travel website.
Menurut Biro Pariwisata, jumlah wisatawan Muslim ke Taiwan terus menurun menjadi 170.000 pada tahun 2018 dari puncaknya 200.000 pada tahun 2015, lapor UDN. Hal tersebut menjadi peringatan bagi pemerintah Taiwan karena bergulat dengan kerugian dalam pendapatan pariwisata yang ditimbulkan oleh larangan China untuk melakukan perjalanan ke Taiwan.
Berdasarkan lokasi, Taiwan seharusnya menjadi pilihan yang lebih disukai daripada Jepang dan Korea Selatan untuk komunitas Muslim, yang berada di Malaysia, Indonesia, Timur Tengah, dan Afrika, kata Huang Cheng-tsung (黃正聰), salah sati professor di universitas Providence University’s Department of Tourism.
Fakta bahwa Taiwan menduduki peringkat negara paling ramah Muslim ketiga menurut Mastercard-Crescent Rating Global Muslim Travel Index 2019, seharusnya juga membantu meningkatkan daya tarik wisatawan muslim, tambahnya.
Namun demikian, dengan tidak lebih dari 200 restoran bersertifikat halal di seluruh wilayah, satu restoran halal, rata-rata, 100 kilometer dari yang lainnya, faktor tersebut yang dapat mengusir pengunjung potensial. Taiwan seharusnya bertujuan untuk membangun setidaknya 1.000 restoran halal dan mempertimbangkan untuk membuka pasar perjalanan independen lebih menarik, menurut Huang.
Langkah-langkah telah diambil untuk mengatasi masalah ini, termasuk terus melatih bakat di sektor ini, menawarkan insentif bagi agen perjalanan untuk menggelar paket perjalanan Muslim, dan melakukan upaya untuk meminta selebriti dari negara sasaran untuk tujuan pemasaran.