Foto ilustrasi diambil dari CNA.
Jumlah pekerja cuti tidak dibayar di Taiwan pada separuh bulan di bulan September meningkat sejumlah 118 dari bulan kedua pada bulan Agustus karena pertumbuhan ekonomi tetap lambat.
Menurut data Departemen Tenaga Kerja atau Ministry of Labor (MOL), total 662 pekerja harus cuti tanpa mendapat bayaran pada tanggal 15 September. Hal tersebut dibandingkan dengan angka yang didapat sejumlah 544 dalam dua minggu terakhir Agustus.
Hal tersebut karena enam pengusaha menghentikan program tersebut. Dipengaruhi oleh perlambatan ekonomi, pengusaha tersebut telah meminta pekerjanya untuk mengambil satu sampai empat hari cuti per bulan untuk jangka waktu hingga tiga bulan.
Sebagian besar perusahaan yang memiliki karyawan cuti tidak dibayar adalah usaha kecil dengan tenaga kerja kurang dari 50 karyawan.
Mengingat penurunan ekspor Taiwan pada permintaan global yang lemah, maka banyak perusahaan kecil tersebut memberlakukan cuti tak dibayar.
Untuk mengurangi dampak negatif keuangan dari pekerja yang telah dipengaruhi oleh cuti yang tidak dibayar, pemerintah telah menerapkan program NT $ 20000000000 (US $ 637.000.000) untuk menawarkan kepada mereka pelatihan guna meningkatkan keterampilan kerja mereka.
Dalam program ini, peserta menerima upah dari NT $ 100 per jam untuk membantu memenuhi biaya hidup mereka, hingga maksimal pendapatan NT $ 12.000 per bulan.
Karyawan juga memiliki pilihan untuk mengambil kursus pelatihan online yang tersedia di situs Keterampilan yang diadakan oleh pemerintah.