Foto diambil dari CNA.
Hanya dalam dua hari, polisi Taiwan menahan lebih dari 20 orang warga negara Thailand dan 2 wisatawan Vietnam yang telah memasuki Taiwan memakai visa turis tetapi terlibat dalam bisnis prostitusi ilegal.
Pada tanggal 13 September, polisi Taiwan menindak sebuah jaringan bisnis di wilayah Keelung railway, daerah yang dikenal sebagai distrik lampu merah. Selama penggerebekan, polisi menangkap seorang wanita Thailand berusia 50 tahun yang bisnis prostitusinya telah ditangkap dua kali. Ia pun ditangkap kembali bersama jaringannya dua mucikari dan 22 pelacur Thailand serta tiga pelanggan.
Media lokal Liberty Times melaporkan bahwa jaringan tersebut bisa mendapatkan keuntungan NT $ 20.000 hingga NT $ 300.000 per minggu dengan menjalankan bisnis pelacuran dan rata-rata satu pelanggan menghabiskan setidaknya NT $ 1.000 untuk 20 menit layanan seksual.
Sebelumnya pada bulan Juni, polisi menangkap 20 pelacur, termasuk 17 warga negara Thailand dan tiga wanita Taiwan, dan 11 pelanggan dengan menggerebek rumah bordil di Distrik Keelung Railway. Setelah ditangkap, tiga jaringan tersebut dipindahkan ke Kantor Kejaksaan Keelung dan 17 warga negara Thailand akhirnya dideportasi kembali ke Thailand.
Sementara itu, pada 14 September lalu, dua warga Vietnam berusia 20 tahun dan satu pelanggan Taiwan ditangkap di Hukou, Kabupaten Hsinchu karena melakukan prostitusi ilegal.
Menurut Biro Kepolisian Kabupaten Hsinchu, beberapa rumah bordil masih beroperasi di daerah tersebut meskipun ada upaya pejabat setempat dapat menutup bisnis mereka.
Pada pukul 2 pagi, polisi akhirnya menggerebek rumah bordil di Jalan Rongguang dan melakukan penyergapan di Jalan Zhongyi dan menangkap enam pelanggan dengan dua warga negara Vietnam sebagai pelacur dan menyita sejumlah NT $ 163.000 sebagai keuntungan perjudian ilegal.
Pelanggan dan pelacur Taiwan dapat didenda hingga NT $ 30.000 (US $ 990) karena melanggar Undang-Undang Pemeliharaan Perjanjian Sosial dan dua warga Vietnam akan dipindahkan ke bagian Badan Imigrasi Nasional.