Foto diambil dari harnas.co
Keterbatasan waktu dan tenaga dalam meraih peningkatan pendapatan dan kehidupan tidak menghalangi sembilan TKI atau Pekerja Migran Indonesia di Korea Selatan meneruskan pendidikan yang lebih baik.
Pensosbud KBRI Seoul, Purno Widodo, menyebutkan sembilan pekerja migran berhasil meraih gelar sarjana setelah menyelesaikan pendidikan di Universitas Terbuka (UT) Korea Selatan.
Wisuda sarjana UT Korea, dilaksanakan Minggu (26/8) dengan meriah disertai berbagai atraksi seni yang ditampilkan berbagai komunitas budaya PMI. Suasana keharuan dan kesakralan wisuda sangat kental terasa dari awal hingga akhir acara.
Wisudawan yang berhasil lulus dari jurusan Sastra Inggris dan Manajemen. Sebagian besar dari mereka adalah operator mesin di berbagai pabrik yang ada di Korsel yang mengharuskan mereka bekerja dari Senin hingga Sabtu.
Rata-rata, mereka pulang kerja pukul 20.00 malam. Tidak hanya itu, hari Minggu terkadang dihabiskan untuk lembur. Tidak heran jika waktu belajar pun sangatlah minim.
Rektor UT Ojat Darojat menyatakan bangga karena mengetahui beratnya bekerja sambil kuliah. Jenis pekerjaannya pun tidak ringan, rata-rata membutuhkan tenaga fisik dan konsentrasi tinggi.
Dubes Umar Hadi pun turut mengukuhkan Wisudawan menyampaikan kegembiraannya.
Diharap gelar kesarjanaan akan membuat PMI lulusan UT mampu mengaktualisasikan diri dengan tingkat rasa percaya diri yang lebih tinggi. Bahkan posisi tawar saat pulang ke tanah air kelak juga dipastikan akan meningkat.
Selain modal uang, semua PMI harus terus membekali diri dengan ilmu yang bermanfaat, agar ketika kembali ke kampung halaman dapat membangun hidup yang lebih baik.
Bisa dengan berwirausaha ataupun dengan bekerja pada perusahaan besar dengan ilmu yang didapat di selama kuliah. Serta keterampilan dan pengalaman yang di dapat selama bekerja di Korsel.
Dari 39.186 WNI di Korea Selatan, 32.567 di antaranya adalah Pekerja Migran dengan rentang usia antara 19 sampai 35 tahun. Saat ini baru satu persen dari pekerja migran memanfaatkan kesempatan belajar di Universitas Terbuka Korea melalui sistem belajar jarak jauh.
Gelar sarjana diharap jadi solusi bagi pekerja migran sehingga mereka tidak takut pulang ke Indonesia saat kontrak kerja habis, karena sudah mempunyai bekal pendidikan dan pengalaman yang memadai.
UT Korea aktif berkegiatan sejak tahun 2011 dengan inisiasi anggota Persatuan Pelajar Indonesia di Korea Selatan (PERPIKA). Pada tahun 2014, UT Korea terdaftar secara resmi sebagai NGO di Korea sehingga memungkinkan UT Korea mendapatkan berbagai fasilitas dari Pemerintah Korsel.
Selama tujuh tahun berdiri, lebih dari 1000 mahasiswa sebagian besar Pekerja Migran Indonesia bergabung menimba ilmu di UT Korea.
Saat ini, UT Korea melibatkan 49 mahasiswa S2 dan S3 sebagai tutor per semesternya. UT Korea berhasil meluluskan 96 mahasiswa. Banyak dari mereka yang karena masa kerja di Korsel habis tak sempat menamatkan kuliahnya, namun sebagian besar melanjutkan di Tanah Air. (Ol)