Foto: ilustrasi WNI antre mendapatkan akta perkawinan, akta kelahiran, dan nomor induk kependudukan (NIK) di Konsulat Republik Indonesia (KRI) Tawau, Sabah, Malaysia, Kamis (29/11/2018). ANTARA Foto/Firma Agustina/kye. Sumber antaranews.com
Konsulat RI Tawau Negeri Sabah Malaysia terus berupaya meningkatkan kesadaran bagi warga negara Indonesia (WNI) yang bekerja di wilayah kerjanya tentang pentingnya kebutuhan pendidikan bagi anak-anaknya dan menghindari pernikahan dini.
Pernikahan dini bagi anak-anak TKI di Negeri Sabah disebabkan kurangnya akses pendidikan ditambah kesadaran yang rendah.
“Banyak WNI menikahkan anak-anaknya dalam usia muda karena faktor pemahaman soal pendidikan yang masih kurang dan pengaruh lingkungannya,” kata Konsul RI Tawau, Sulistijo Djati Ismoyo melalui Konsul Fungsi Penerangan, Sosial dan Budaya KRI Tawau, Firma Agustina.
Perhatian Pemerintah terhadap kaum perempuan saat ini sudah baik. Dimana kebutuhan pendidikan tidak dibedakan lagi dengan pria sehingga seyogyanya anak-anak perempuan terus berkarya dan meningkatkan kualitas dirinya.
Pemerintah Indonesia terus berupaya menyelaraskan presentasi perempuan dan pria sama maka KRI Tawau mendorong TKI agar memperhatikan pendidikan bagi anak-anaknya. Pemerintah berupaya meningkatkan pemahaman kepada TKI agar menyekolahkan anak-anaknya melalui sekolah anak TKI atau community learning center (CLC) terdekat.
KRI Tawau mengaku seringkali mendapatkan informasi adanya TKI yang menikahkan anak-anaknya pada usia muda. Kondisi ini sangat memprihatinkan anak perempuan yang tidak melanjutkan sekolah karena desakan orang tuanya untuk nikah.
Salah satu langkah yang ditempuh KRI Tawau agar anak-anak TKI melanjutkan pendidikan melalui bantuan beasiswa tingkat SMA yang berprestasi.
Selain itu dengan menggelar perlombaan bidang akademik dan bakat sebagai ajang menunjukkan potensi bagi anak-anak TKI tanpa pandang gender.
Langkah lain adalah mensosialisasikan dan melakukan pendekatan kepada orang tua (TKI) tentang pentingnya pendidikan tanpa pandang jenis kelamin serta program beasiswa pemerintah dan Sabah Bridge bagi anak-anak yang berprestasi dan membutuhkan.
Perjuangan Pemerintah untuk mendorong anak-anak TKI perempuan mendapat hak pendidikan yang sama akan terus dilakukan, karena perempuan memiliki potensi dan kemampuan yang tidak kalah dengan laki-laki apabila mereka diberi kesempatan dan dorongan. (Ol)