Foto: Kepala BNP2TKI di Sydney, Canberra dan Melbourne Australia sumber BNP2TKI.
Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI), Nusron Wahid melakukan kunjungan kerja ke Australia pada tanggal 18-22 September 2017. Kunjungan kerja dilakukan di Sydney, Canberra dan Melbourne untuk mengetahui peluang kerja sektor kesehatan bagi calon TKI formal.
Selama di Australia, Nusron Wahid didampingi Direktur Kerjasama Luar Negeri Freddy Martin Panggabean bertemu Duta Besar Republik Indonesia untuk Australia di Canberra, H.E. Y. Kristiarto S. Legowo yang membahas kebijakan pemerintah Australia di bidang ketenagakerjaan khususnya terkait dengan prospek penempatan TKI dalam kerangka kerjasama bilateral Indonesia-Australia Comprehensif Economic Partnership Agreement (IA-CEPA).
Nusron juga melakukan kunjungan ke lembaga pendidikan Vocational Education, Training and Employment Australia (VETEA) dan Evolution Hospitality Institute (EHI), serta berdialog dengan komunitas tenaga perawat Indonesia yang ada di Sydney yaitu Indonesia Muslim Nurses Association (IMNA) dan Indonesia Christian Nurses Association in Australia (ICNAA).
Nusron menyebut Australia merupakan pasar kerja potensial bagi tenaga kerja kesehatan Indonesia. Kebutuhan akan perawat sangat besar, dikarenakan populasi lansia yang terus bertambah dan perkembangan masyarakat yang semakin kompleks.
Nusron melihat sangat potensialnya peluang kerja Australia sektor hospitality dan kesehatan untuk dimanfaatkan oleh Calon TKI formal. Untuk TKI yang bekerja di Australia bisa mendapatkan penghasilan dengan rata-rata Rp. 450 juta per tahunnya.
Australia adalah negara dengan UMR tertinggi di dunia yaitu $22 Australia per jamnya. Kebijakan Pemerintah Australia memberikan Working Holiday Visa (WHV) memberikan peluang kepada warga negara asing untuk berlibur sambil bekerja dalam periode waktu tertentu. Untuk Indonesia, diberikan kuota sebanyak 1.000 WHV per tahunnya.
Perlu ada strategi untuk mengisi peluang tersebut, meningkatkan pelajaran bahasa Inggris; kedua harus ada penyesuaian kurikulum yang compatible dengan kebutuhan kerja di bidang hospitality dan keperawatan; ketiga BNP2TKI sosialisasi informasi kepada para pencari kerja mengenai peluang kerja serta aturan berbagai jenis Visa Australia dan yang keempat melobi kepada pemerintah Australia untuk meningkatkan kuota working holiday visa Indonesia, serta dapat memperoleh visa 403 (seasonal working visa) yang tidak membutuhkan syarat IELTS. (Ol)