Foto diambil dari republika.co.id.
Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) untuk kedua kalinya kembali merayakan hari Lebaran bersama TKI. Lebaran tahun lalu Nusron merayakan lebaran bersama TKI di Korea Selatan, kali ini merayakannya bersama TKI di Malaysia. Saat salat Idul Fitri, Nusron bertindak selaku khatib, salah satu pesan yang disampaikan adalah hikmah puasa.
“Hikmah puasa yang paling besar dan nyata bagi bangsa Indonesia, manakala setelah Ramadhan tidak ada lagi korupsi, penyalahgunaan kekuasaan dan kesewenangan.” Kata Nurson sebagaimana dikutip dari republika.co.id saat khutbah di KBRI Kuala Lumpur, Malaysia, Rabu (6/7).
“Perintah spiritual dalam puasa adalah menahan hawa nafsu. Ini jihad paling akbar. Hawa nafsu yang paling nyata di depan mata dan menjadi realitas publik adalah korupsi, manipulasi, kesewenang-wenangan dan penyalahgunaan kekuasaan untuk kepentingan pribadi atau kelompok,” lanjutnya.
Namun sayangnya, lanjut Nusron, puasa Ramadhan kita masih penuh simbolik, masih sekedar ibadah formalistik, tanpa proses kontemplasi. Dia merujuk bahwa buka puasa, tarawih dan qiyamul lail marak di kantor-kantor pemerintahan dan rumah-rumah pejabat, bahkan hampir tiap malam Ramadhan. Namun di sisi lain kenyataannya, korupsi juga masih marak terjadi.
“Seakan puasa dan ibadah Ramadhan adalah “one thing”, sementara korupsi adalah “another thing”. Ini yang harus diubah oleh bangsa Indonesia pasca Ramadhan tahun ini,” tegasnya.
Dalam suasana Idul Fitri, Nusron mengajak agar di bulan Ramadhan dijadikan momentum amnesti (pengampunan) atas dosa dan perilaku sosial manusia Indonesia, agar kembali fitri, suci, merdeka, tanpa dosa seperti ketika bangsa ini baru lahir dan merdeka.
Salat Idul Fitri di KBRI Kuala Lumpur dihadiri sekitar 3000-an TKI dan WNI lainnya. Selain dihadiri Kepala BNP2TKI hadir juga Dubes RI untuk Malaysia Herman Prayitno dan beberapa tokoh lainnya.