Foto: Glen Mohlberg bekerja di kereta ICE, oleh Marjory Linardy sumber dw.com
Beberapa orang Indonesia yang berimigrasi ke Jerman punya profesi menarik. Misalnya Glen Mohlberg. Ia bekerja di kereta super cepat ICE dari perusahaan Deutsche Bahn. Bagaimana ia bisa bekerja di sana?
Untuk bisa sampai ke posisinya bekerja sekarang, bisa dibilang sudah dirintis sejak masih kecil. Ketika berumur 11 tahun Glen berjualan koran di pagi hari, sebelum sekolah di siang harinya. Ia kerap melihat orang asing di stasiun bus di kota asalnya, Medan. Melihat orang asing Glen punya keinginan untuk berkomunikasi dengan mereka.
Ketika SMP dan mulai belajar bahasa Inggris, Glen berusaha agar bisa berbicara bahasa Inggris sefasih mungkin, sehingga bisa berkomunikasi dengan orang asing. Sejak itu ia selalu memelihara pengetahuannya sehingga bisa berbahasa Inggris dengan baik hingga sekarang.
Bertahun-tahun kemudian ketika bekerja di Bali, ia mendapat informasi bahwa Goethe Institut membuka kesempatan untuk mendapat beasiswa bagi yang tertarik menimba pendidikan lanjutan di Jerman.
Glen kemudian melamar, dan diterima. Bersama 11 orang lainnya, ia bertolak ke Jerman, ke kota Bonn. Pertama tiba di Jerman semua merasa kaget, karena saat itu musim dingin, dan suhu di luar -2° Celcius.
Seminggu setelah mereka memulai pendidikan bahasa. Dengan lirih Glen berkata, “Bahasa Jerman itu sulit….” Matanya menerawang seperti mengenang pengalaman yang lalu.
Dari 12 orang yang bertolak ke Jerman, hanya tiga orang yang bisa melanjutkan pendidikan. Dan dari tiga yang lulus bahasa Jerman, hanya Glen yang melanjutkan ke tingkat selanjutnya, yaitu Studienkolleg.
Institusi itu berfungsi antara lain untuk melihat bidang mana yang akan diambil calon mahasiswa di jenjang berikutnya di universitas. Dan sekarang Glen sudah hidup dan berkarya di Jerman selama 20 tahun. Rösrath, kota kecil di sebelah timur Köln ini adalah tempat tinggal Glen Mohlberg.
Bagaimana awalnya Glen bekerja di perusahaan kereta api Jerman, Deutsche Bahn? Glen bercerita, ia beruntung mendapat tiket yang dikorting untuk perjalanan di kelas 1 dalam kereta super cepat ICE (Inter City Express). Rutenya dari kota Köln ke pelabuhan udara Frankfurt. Waktu itu Glen dalam perjalanan pulang ke Indonesia.
Di kereta ia menyadari bahwa kelas 1 di ICE memiliki pramugara dan “service on board”. Mereka melayani kebutuhan para penumpang. Ia kemudian mendapat ide melamar ke Deutsche Bahn. Setelah kembali dari pulang kampung, ia menyerahkan surat lamaran ke kantor HRD (Human Resource Department) Deutsche Bahn.
“Saya mengantarkan sendiri lamarannya, itu memberikan kesan baik di Jerman.” Kata Glen. Siapa nyana, ia diterima bekerja sebagai pramugara kelas 1 di kereta super cepat ICE.
Setelah bekerja lima tahun sebagai pramugara kelas 1 ICE, atasannya melihat bahwa ia pekerja yang rajin dan berdedikasi, dan ia ditawari untuk melamar posisi yang lebih tinggi.
Untuk Glen harus melalui pendidikan tambahan, tetapi latar pendidikannya dari jurusan ekonomi, serta perdagangan ekspor impor menyokong kesuksesan untuk mendapat posisi kepala restoran di kereta ICE.
Sebagai orang yang bekerja di kereta, jadwal kerjanya menyebabkan Glen sering tidak di rumah. Jika di rumah ia sibuk mengurus hewan peliharaannya dua anjing yang kerap diajaknya berjalan-jalan. Selain itu, ia juga punya beberapa ekor kura-kura.
Jika tidak di rumah, hewan peliharaannya dititipkan di tetangga, yang juga punya hewan peliharaan. Demikian juga sebaliknya, jika tetangganya yang tidak di rumah, Glen yang menjaga hewan-hewan tetangganya. Bagaimana sahabat Indosuara ada yang minat bekerja ke Jerman? (Ol)