Foto: Konselor Minister pada Kedubes RI di Seoul, Korea Selatan, Aji Surya. Sumber tribunnews.com
Sering kita mendengar berita maupun kisah TKI yang bekerja di Timur Tengah ataupun negara Tetangga Malaysia dan Singapura. Tapi bagaimana kehidupan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Korea Selatan?
Konselor Minister pada Kedubes RI di Seoul, Korea Selatan, Aji Surya bercerita TKI Korea termasuk makmur. Bahkan, beberapa TKI bisa membeli mobil di Korea.
“Ya mungkin bukan yang mahal banget, tapi mereka sudah pakai mobil sendiri untuk beraktivitas. Mana ada TKI seperti itu di negara lain?” katanya saat ditemui di kantor Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Jateng.
TKI di Korea Selatan terlindungi hukum, asuransi, dapat tempat tinggal, makan hingga gaji per bulan minimal 1.350 won atau sekitar Rp 14 juta. Jika rajin dan hemat, pendapatan TKI Korea Selatan bisa mencapai Rp 30 juta dan ada yang lebih dari itu.
Bahkan, komunitas TKI Muslim di negara ginseng itu bisa membangun masjid senilai Rp 40 miliar.
Kehidupan TKI di Korea Selatan sangat nyaman karena sangat terjamin. Walau tidak bisa dipungkiri ada TKI yang terlampau nyaman tinggal di Korsel hingga terjebak dalam gaya hidupnya.
Beberapa TKI menghabiskan uang untuk hal-hal tidak produktif (boros) mulai dari sering karaoke, dugem atau terjebak kehidupan bebas di Korea.
Ada yang cuma bisa bawa pulang Rp 100 juta, padahal sudah bekerja bertahun-tahun. Padahal jika telaten, TKI Korea bisa bawa pulang uang lebih dari Rp 800 juta dengan rata-rata kontrak kerja TKI Korea Selatan 4 tahun 10 bulan.
Jika rajin, TKI bisa menabung Rp 15 juta per bulan atau Rp 870 juta dalam satu masa kontrak.
Hal lain dampak TKI terlalu nyaman adalah para TKI susah move on saat kembali ke Tanah Air. Beberapa memilih overstay hingga jadi TKI Ilegal.
Banyak pula yang saat pulang uang mereka habis dalam waktu satu tahun karena kurangnya pemahaman akan manajemen keuangan.
Ada tiga mantan TKI Korea Selatan yang berinvestasi hotel di Yogyakarta. Namun dalam waktu sekejap, investasi para mantan TKI itu gagal karena salah manajemen.
Sudah seharusnya persiapan TKI Korea sebelum keberangkatan meliputi pelatihan manajemen keuangan. Sehingga saat pulang, mereka bisa jadi pengusaha sukses.
Saat ini ada 38 ribu TKI di Korea Selatan, sekitar 5.500 di antaranya merupaman TKI Ilegal.
TKI Korsel, Wawan Budiarto tidak ingin usahanya sia-sia. Karenanya sudah berniat mengembangkan usahanya saat ini di Wonosobo saat pulang nanti. Usaha di bidang bahan bangunan digelutinya dengan tekun.
Wawan juga bercerita masalah lain TKI Korsel adalah bahasa Korea Selatan untuk percakapan sehari-hari. Tidak sedikit TKI yang kesulitan berkomunikasi dengan manajemen perusahaan karena tidak paham percakapan.
Kepala BP3TKI Jateng, Suparjo pihaknya terus memperbaiki pelayanan keberangkatan TKI Korsel sesuai instruksi Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI (BNP2TKI). BP3TKI Jateng juga mengaku sudah menyiapkan beberapa program pemberdayaan TKI purna.
Beberapa program pemberdayaan TKI purna yang berhasil antara lain budidaya Jamur di Temanggung dan ternak ayam di Kabupaten Pati (Ol)