Foto ilustrasi diambil dari varia.id.
Seperti yang dilansir dari Merdeka, Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Tulus Abadi mengatakan bahwa jika pemerintah Indonesia mengimpor daging secondary cut atau jeroan sapi, hal tersebut akan merendahkan martabat bangsa. Di negara-negara Eropa, jeroan sapi itu digunakan untuk makanan anjing. Jika Indonesia mengimpornya untuk makanan masyarakat, berarti hal tersebut merendahkan martabat bangsa. Pemerintah Indonesia memang mengimpor daging secondary cut untuk memenuhi permintaan pasar yang kekurangan pasokan sehingga membuat harga daging melonjak.
Selama ini, hanya masyarakat mampu saja yang bisa membeli daging dengan harga yang melambung. Namun bagi masyarakat biasa atau ke bawah, sangat susah untuk membeli karena harganya yang masih cukup tinggi. Untuk menormalkan harga pasar tersebut, pemerintah mengambil kebijakan impor daging secondary cut karena harganya murah, sehingga bisa masuk pada pasar Indonesia dan ketika dijual lagi harga tersebut tidak mahal, dan bisa dibeli kalangan bawah. Namun Tulus mengatakan bahwa beberapa negara memperlakukan jeroan sapi sebagai sampah dan hanya memperbolehkan ekspor untuk keperluan konsumsi non manusia.
“Silakan saja pemerintah mengimpor jeroan sapi. Namun, jangan untuk konsumsi manusia. Jangan mengimpor dan menjual sampah untuk dikonsumsi masyarakat,” tuturnya kepada Merdeka. YLKI pun meminta masyarakat agar tidak membeli daging impor secondary cut atau jeroan sapi karena bisa membahayakan kesehatan.