Foto diambil dari Detik.
Satuan petugas kembali mengamankan salah satu teroris yang paling dicari di Indonesia. Santoso meninggal dalam insiden baku tembak dengan Satgas Tinombala di Pegunungan Sambarana, Poso pada 18 Juli lalu. Pimpinan Kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Santoso, diduga tewas dalam baku tembak tersebut. Seperti yang dirangkum dari Detik, Santoso, alias Abu Wardah, adalah tokoh teroris yang diduga terlibat dalam sejumlah aksi penyerangan terorisme di Poso, juga sejumlah aksi terorisme di Solo, Bogor, Depok, hingga Tambora.
Santoso yang berasal dari Dusun Bakti Agung, Desa Tambarana Trans, Kecamatan Poso Pesisir Utara, Kabupaten Poso ini awalnya adalah penjaja buku keliling, sayur, buah-buahan dan terkadang menjadi buruh bangunan. Keluarga dan para tetangga pun tak menyangka jika ia berubah menjadi teroris. Pada akhir 2012 atau awal tahun 2013, Santoso bersama Daeng Koro mendeklarasikan berdirinya Mujahidin Indonesia Timur (MIT). Sejak itu mereka melakukan perekrutan dan pelatihan militer (tadrib asykari) yang dilaksanakan beberapa kali di wilayah Pegunungan Biru, Poso Pesisir.
Santoso kemudian memimpin sejumlah pelatihan militer (tadrib asykari) yang dilaksanakan beberapa kali di Pegunungan Biru, Poso Pesisir Kabupaten Poso dan di pegunungan Malino Kecamatan Soyojaya, Kabupaten Morowali. Para pesertanya berasal dari warga Poso, Morowali, Jawa, Kalimantan, Sumatera dan NTB.
Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Sutiyoso menyebut ada 3 perempuan juga terlibat dalam insiden baku tembak di hutan Poso, Sulawesi Tengah, yang menewaskan dua orang. Para wanita tersebut diduga adalah istri Santoso dan istri-istri dari anggota Santoso. Identitas para wanita tersebut antara lain :
- Jumiatun Muslimayatun, istri Santoso. Jumiatun berasal dari Bima, Nusa Tenggara Barat.
2. Tini Susanti, istri Ali Kalora (anggota Santoso). Tini berasal dari Poso, Sulawesi Tengah.
3. Nurmi Usman, istri Basri (anggota Santoso). Nurmi berasal dari Bima, Nusa Tenggara Barat.