Kepala BNP2TKI pada pelatihan upskilling untuk peningkatan kecakapan bagi para calon TKI khusus perawat. Foto diambil dari BNP2TKI.
Perawat ke luar negeri bukanlah TKW, tapi TKI professional yang dihargai dengan mahal, demikian dikatakan Bupati Kudus, H Mustofa saat acara sosialisasi kerja ke luar negeri sebagai perawat yang diselenggarakan oleh BNP2TKI di Pendopo Kabupaten Kudus, Jumat, 24/3/2017. Dalam sambutannya Mustofa menyatakan kesiapannya menyediakan tempat untuk kursus peningkatan kecakapan calon TKI sektor perawat.
Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) terus melakukan upaya untuk meningkatkan daya saing TKI sektor keperawatan. BNP2TKI menggencarkan penyelenggaraan program upskilling untuk peningkatan kecakapan bagi para calon TKI khusus perawat. Demikian disampaikan Kepala BNP2TKI Nusron Wahid, saat melakukan sosialisasi bekerja ke luar negeri untuk sektor perawat di Kudus.
Sosialisasi ini dihadiri sekitar 700 peserta dari sekolah perawat kabupaten Kudus, Pati, Rembang, Jepara, Demak, Grobogan, dan Blora. Turut hadir Bupati Kudus, H Mustofa, Ketua DPD PPNI Jawa Tengah, Edi Wuryanto, serta jajaran Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) Kabupaten Kudus.
BNP2TKI mendata tiap tahun ada permintaan 16 ribu perawat, namun tahun 2016 Indonesia hanya mampu mengirim 200 orang di sektor keperawatan. Hambatan dalam memenuhi permintaan itu adalah kelemahan dalam bahasa Inggris khusus istilah medis, kompetensi, merk/lisensi serta sertifikat di Indonesia yang tidak diakui di luar negeri.
BNP2TKI juga mendata lembaga-lembaga pendidikan keperawatan di Indonesia berjumlah 863. Per tahun, jumlah kelulusannya sebanyak 43.150 orang. Tetapi dari jumlah tersebut hanya terserap 14-15 ribu orang. Sisanya 27-28 ribu kemungkinan bekerja pada sektor lain. Mencermati perkembangan itu, BNP2TKI memfasilitasi kursus (upskill) kepada perawat yang ingin meningkatkan kemampuan dan mengubah masa depan.
Seperti diketahui sektor kesehatan dan hospitality merupakan sektor prioritas dalam penempatan TKI formal di luar negeri. Karena itu Mustofa menyambut baik sosialisasi kerja luar negeri untuk perawat yang baru pertama kali diselenggarakan di Kudus. Ia berharap ke depannya dapat memberikan manfaat kepada perawat di Jawa Tengah sehingga memberikan opsi bekerja di luar negeri.
Dengan kursus kursus upskilling, memungkinkan perawat Indonesia memiliki daya saing terhadap perawat dari Vietnam, Philipina dan negara lain hingga ada kemungkinan dapat diterima bekerja di Jepang. (ol)