Foto diambil dari BNP2TKI.
Pulang ke tanah air melalui jalan ilegal memang rentan. Kekhawatiran ini kini terbukti setelah diberitakan sedikitnya delapan TKI non prosedural ditemukan tewas, 22 orang belum diketahui keberadaannya, 44 orang lainnya ditemukan selamat saat kapal yang ditumpangi mengalami gangguan dan tenggelam di perairan Batu Layar, Bandar Penawar, Kota Tinggi, Malaysia.
TKI non prosedural yang menjadi korban itu dalam pelayaran pulang dari Johor Bahru menuju Batam. Mereka melalui jalur tidak resmi untuk menghindari penangkapan karena tak memiliki dokumen perjalanan, serta tidak ingin membayar denda.
Menurut Konsul Jenderal KJRI Johor Bahru, Taufiqur Rizal, sebagaimana dikutip dari laman resmi BNP2TKI pada Senin, 25/7 kemarin korban tewas terdiri dari lima perempuan, dua laki-laki dan satu bayi perempuan yang berhasil dikeluarkan dari salah satu perempuan hamil yang tewas. Perempuan hamil yang tewas itu bernama Yolan Alindasera, lahir tanggal 17 Mei 1994, di Litamali, Kecamatan Kobalima, Kabupaten Belu, NTT.
Jenazah Yolan berhasil diidentifikasi suaminya Moses Dakosta. Kedelapan jenazah kini disemayamkan di Rumah Sakit Kota Tinggi, sedangkan korban yang selamat berada di kantor imigrasi Johor. KJRI Johor telah menugaskan satu anggota Satgas Perlindungan WNI/TKI untuk berada di lokasi guna berkoordinasi lebih lanjut dengan instansi terkait karena masih banyak korban yang belum ditemukan, lanjutnya.
Kepala BNP2TKI, Nusron Wahid kepada wartawan dengan nada getir menyatakan, dirinya serta jajarannya selalu mengingatkan para TKI non prosedural untuk menggunakan jalur resmi ketika kembali ke Tanah Air. Memang yang bersangkutan akan didenda pemerintah Malaysia tetapi perjalanan resmi jauh lebih aman dan relatif lebih murah, ketimbang pulang secara ilegal dibantu calo.
Peringatan paling akhir disampaikan pada 23 Juni 2016, ketika itu Kepala BNP2TKI menegaskan agar para TKI yang pulang mudik dari Malaysia tidak menggunakan ‘jalan tikus’ atau jalur ilegal karena sangat berbahaya. TKI non prosedural biasanya berlayar malam hari dengan menggunakan kapal kecil yang beresiko tinggi.
Nusron Wahid beserta jajarannya telah menghubungi Balai Pelayanan, Penempatan dan Perlindungan TKI (BNP3TKI) untuk membantu memfasilitasi kedatangan jenazah dan mengurusnya sampai ke kampung halaman masing-masing. (ol)