Foto diambil dari CNA.
Terhitung sebanyak 81 ABK atau tenaga nelayan asing yang berasal dari negara-negara Asia Tenggara dan Afrika dipindahkan dari tempat tinggal mereka yang tidak layak pada hari Selasa (24/5) kemarin. Mereka ditemukan di sebuah kota di dekat pelabuhan wilayah Taiwan selatan ini. Hal tersebut terungkap ketika mendapat laporan adanya human trafficking (perdagangan manusia) di kalangan pekerja Vietnam.
Pejabat Kantor Jaksa Kaohsiung mengatakan bahwa ada sebanyak 81 pekerja, yang berasal dari berbagai negara Asia Tenggara yaitu Vietnam, Indonesia, Filipina, Tanzania dan Mozambik, dikurung dan dijaga di dua lokasi di Kabupaten Qianzhen dan Xiaogang.
Lebih dari 10 pekerja tidur di lantai, bahkan hingga 60 pekerja lainnya tinggal di ruangan yang hanya berukuran 66 meter persegi. Sangat sempit, tidak ada AC dan sangat panas.
Seperti yang diberitakan CNA, kondisi kehidupan para pekerja tersebut digambarkan sangat mengerikan. Bahkan kehidupan mereka pun harus dijaga dan diawasi ketat. Hal tersebut tidak masuk akal bagi kalangan pekerja migran pada umumnya yang tidak bermasalah.
Jaksa yang sedang mengurusi kasus perdagangan manusia ini melibatkan seorang pekerja Vietnam bermarga Ngyuen. Dari situlah ia menemukan kenyataan lain yang lebih mengerikan.
Polisi pun dikerahkan untuk membebaskan para pekerja tersebut. Selama penggerebekan dari dua lokasi berbeda, polisi menangkap 11 orang, termasuk pemilik kapal dengan tuduhan melanggar hukum ketenagakerjaan di Taiwan dan menghalangi kebebasan para pekerja.
Para tersangka ini kemudian dibebaskan dengan jaminan mulai dari NT $ 30.000 (US $ 917) hingga NT $ 100.000. Salah satu pemilik kapal diperintahkan untuk melapor secara teratur pada pihak kepolisian, dan pemilik kapal yang lain dibebaskan tanpa jaminan.