Konflik pemberontak dari kelompok yang menyebut dirinya Maute telah mengambil alih sebagian besar wilayah kota, di Marawi, selatan Filipina. Foto diambil dari Reuters.
Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia menyebut saat ini ada 10 WNI Jamaah Tabligh (JT) asal Bandung dan Jakarta yang sedang melakukan Khuruj (meninggalkan rumah untuk ibadah dan dakwah di Masjid selama 10 hari) di Marawi, Philipina. Hingga kini, belum ada indikasi keterlibatan mereka dalam konflik di Marawi.
Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia (BHI), Kementrian Luar Negeri RI, Muhammad Iqbal mengatakan, keberadaan 10 WNI ini telah diketahui aparat keamanan Philipina. “Mereka datang secara resmi dan tertulis diinfokan oleh pengurus Jamaah Tabligh di Marawi kepada aparat keamanan setempat,” ujar Iqbal kepada IndosuarA, Selasa (30/5/2017).
Iqbal menjelaskan, saat ini ke 10 WNI tersebut dalam keadaan baik dan aman.
KJRI Davao terus menjalin komunikasi dengan Kepolisian Provinsi Lanao del Sur di Marawi City untuk memberikan perlindungan bagi mereka. KJRI Davao telah menyiapkan rencana evakuasi jika situasi di Marawi sudah memungkinkan.
Selain 10 WNI, masih ada 1 WNI lainnya yang menikah dengan orang setempat dan sudah lama tinggal di Marawi. Menurut Iqbal, yang bersangkutan selama ini menjalin kontak dengan KJRI Davao.
Terkait dengan 10 WNI Jamaah Tabligh dan 1 WNI yang telah menikah ini, Iqbal mengatakan, Kementrian Luar Negeri RI tidak pernah mengeluarkan pernyataan resmi. Menurutnya, masyarakat harus dijelaskan tentang 11 WNI ini, karena telah marak broadcast tentang 11 WNI yang terlibat kelompok Maute atau ISIS atau kelompok teroris lain di Marawi.
Nama-nama WNI ini adalah Denny Purwasubekti (Bandung), Handris (Bandung), Slamet Riyadi Winoto (Bandung), Hery Endang (Karawang), Ahmad Wahyudi (Bandung), Ahmad Saran (Tasikmalaya), Wawan Sadira (Tasikmalaya), Della Sunjaya (Bandung), Andri Supriyanto (Bandung), Wifiek Gunawan (Kendari), Yusup Burhanudin (Bogor). (yw)