Teman-teman di Taiwan yang bekerja antara tahun 2007-2012 pasti sudah tidak asing lagi dengan ketua organisasi Ikatan Pekerja Indonesia Taiwan (IPIT) selama dua periode, tahun 2008 dan 2011. Seorang yang kritis dan berani dalam memperjuangkan hak-hak Buruh Migran Indonesia (BMI). Apalagi, sosok ramah dan keibuan ini pernah terpilih sebagai BMI Teladan versi Radio Taiwan Internasional (RTI) tahun 2010 dan berhak mendatangkan keluarganya ke Taiwan dengan akomodasi dan transportasi ditanggung pihak RTI.
Seorang Karyawan Bank, Sebelum Menjadi BMI
Siapa lagi kalau bukan Endang Herawati atau yang lebih akrab dikenal dengan nama Endang Majalengka. Endang, mantan BMI Taiwan asal Majalengka ini kini sudah kembali ke tanah air dan siapa kira jika di daerah tempat tinggalnya ini kini Endang menjadi penggerak warga di sekitarnya untuk aktif berorganisasi dan melek informasi.
Sebelum berangkat menjadi buruh migran, Endang sempat bekerja di Bank BUMD Majalengka selama hampir 8 tahun, dari tahun 1991-1999. Sayang sekali karena terkena imbas krisis moneter, Endang pun terkena PHK. Pilihan hidupnya lalu beralih ke usaha membuka warung di rumahnya.
Namun, karena perekonomian yang belum stabil, usahanya itu gagal. Ia pun berangkat ke luar negeri untuk menjadi buruh migran guna membantu ekonomi keluarga. Taiwan menjadi negara tujuan Endang. Alasannya, tawaran gaji di Taiwan lebih besar dibanding negara lain. Selain itu, menurut pandangan Endang, perlindungan hukum di Taiwan lebih baik. Di Taiwan Endang bertugas menjaga seorang kakek.
“Saya sempat dua kali pindah majikan dan keduanya bertugas menjaga seorang lansia yang sakit,” kata Endang.
Setelah tiga tahun menyelesaikan kontrak kerja, Endang memutuskan pulang kampung. Namun, tak berapa lama, ia kembali ke Taiwan karena tuntutan ekonomi yang masih membelitnya.
Baru di akhir tahun 2012 Endang yang lahir di Cirebon, 9 September 1972 ini memutuskan untuk benar-benar pulang kampung dan tidak kembali. Orang tua yang disayanginya tinggal sebatang kara dan sudah sakit-sakitan. Endang tidak ingin kehilangan orang yang dikasihinya saat ia tengah jauh dirantau, sebagaimana pernah ditinggalkan untuk selama-lamanya oleh ayahnya saat Endang bekerja di Taiwan.
Mendirikan Keluarga Buruh Migran Majalengka
Ketika bekerja menjadi BMI di Taiwan, Endang aktif berorganisasi. Endang menjadi ketua terpilih pertama setelah berdirinya organisasi Ikatan Pekerja Indonesia Taiwan (IPIT) di Taipei.
Sekembalinya ke kampung halaman, ia melihat banyak warga yang setelah berangkat ke luar negeri menganggur begitu saja. Endang merasa perlu membuat organisasi untuk mantan pekerja migran di kampungnya, ia pun berinisiatif untuk membuat Keluarga Buruh Migran Majalengka (KBMM) sebagai wadah untuk berinteraksi dan berbagi informasi seputar pekerja migran asal Majalengka.
KBMM terbentuk karena Endang terinspirasi dari organisasi di Taiwan. Meski membentuk KBMM tak semudah yang dibayangkan. Endang harus bisa merangkul warga sekitar dan pemuda-pemudinya. Endang pun tak segan untuk ikut aktif di karang taruna dan berbagai organisasi di Majalengka.
Setelah berhasil merangkul masyarakat sekitar, barulah KBMM dibentuk, dan saat ini anggotanya sudah mencapai 50 orang. Kegiatan KBMM sendiri beragam, dari mulai memberikan pelatihan atau training, pembelajaran, diskusi, wirausaha, pemberdayaan, sampai mendampingi penanganan kasus yang terjadi pada pekerja migran asal Majalengka.
Tak hanya itu, Endang yang gemar membaca ini pun mendirikan rumah baca bagi anak-anak yang berada di lingkungan rumahnya. Hal ini dilakukannya agar minat membaca anak-anak di Kabupaten Majalengka semakin meningkat. Beberapa jenis buku yang menjadi koleksi di rumah bacanya seperti buku cerita nabi, pengetahuan alam, pengetahuan sosial, bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan pengetahuan agama Islam. Rata-rata anak yang sering mendatangi rumah baca itu sekitar 15 orang anak setiap minggunya. Rumah baca tersebut biasanya dibuka setiap Senin hingga Jumat.
Di sela-sela kesibukannya, single parent satu anak laki-laki berumur 16 tahun ini menyempatkan diri untuk membuat usaha penjualan seperti rempeyek, permen susu, puding, dan sebagainya. Semua itu ia lakukan untuk menopang perekonomian rumah tangganya. Bahkan usaha rempeyeknya sudah mulai dikenal oleh masyarakat Majalengka.
Menurut Endang yang beralamat di Kertajati, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, saat ada acara hajatan, rempeyek seolah seperti menu yang tidak boleh tertinggal. Dan untuk mengembangkan bisnis rempeyeknya, ia pun berkreativitas membuat rempeyek yang tidak hanya dari kacang tanah, tapi juga kacang hijau, kedelai, dan ebi.
Selain berbisnis rempeyek, Endang juga suka menulis. Hobi ini sudah dijalaninya sejak ia masih bekerja di Taiwan. Malah berkat aktivitas menulisnya ini, perempuan yang suka menulis seputar pekerja migran ini sempat diganjar penghargaan sebagai BMI berprestasi. Endang pernah terpilih sebagai TKI Teladan Taiwan tahun 2010, versi Radio Taiwan Internasional (RTI).
Pada Pemilu 2014 kemarin, Endang sebagai Nominator Purna TKI Award Jawa Barat 2013 ini terpilih sebagai PPL (Pengawas Pemilu Lapangan). Saat ini, Endang memegang jabatan sebagai Koordinator PIP Majalengka (Pos Informasi dan Pengaduan) TKI Bermasalah di Majalengka, KPMD ( Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa), dan Pendamping Fasilitas dan Bimbingan Rintisan Usaha Purna TKI Majalengka, yang diselenggrakan Disnaker Provinsi Jawa Barat.
Saat tulisan ini diturunkan, Endang tengah menjalani kesibukan barunya karena ia mendapat tugas sebagai nara sumber Sosialisasi Ketenagakerjaan Perlindungan TKI di 4 wilayah di Majalengka yang diselenggarakan oleh Disnaker Kabupaten Majalengka.
Perempuan yang murah senyum ini sering berpesan pada teman-teman pekerja migran yang lainnya agar selalu menggunakan waktu sebaik mungkin untuk hal-hal yang bermanfaat. Pada akhirnya, menurutnya, semua aktivitas yang bermanfaat itu akan sangat berguna untuk diri sendiri.
“Bekerja di Taiwan hanya sementara. Maka pergunakan waktu selama di Taiwan dengan sebaik mungkin. Banyak belajar hal positif untuk bekal dan dapat diterapkan di tanah air ketika pulang nanti. Insya Allah akan bermanfaat bagi kita kelak ketika kembali ke tanah air,” ujar Endang menutup pembicaraannya. (0l)