Tak takut menjadi pengangguran setelah pulang ke Negara sendiri adalah motto dari wanita murah senyum bernama lengkap Endang Dwi Supraptina. Tidak hanya omong kosong, ia merealisasikan mottonya setelah pulang dari Taiwan sebagai pembantu rumah tangga.
Berawal dari iseng mendaftar ke PJTKI sebagai pembantu rumah tangga setelah gagal masuk ke Sekolah Tinggi Akuntasi Negara, Endang memilih Taiwan sebagai tempat mencari pengalaman sekaligus mencari modal usaha.
“Iseng-iseng berhadiah!” tuturnya pada kru IndosuarA saat ditanya awal sejarah perantauannya.
Diakui Endang, gaji yang tergolong tinggi membuatnya tergoda untuk kembali merantau ke Taiwan setelah usai kontrak kerja pertamanya selama 2 tahun. Gaji Rp 5 juta rupiah/bulan menurutnya adalah gaji yang memuaskan sebagai pengasuh anak. Meski saat itu dirinya masih gadis tapi pekerjaan mengasuh anak tidak ada kendala sama sekali.
Keinginannya yang kuat untuk menjadi pengusaha membuatnya sangat selektif membelanjakan hasil jerih payahnya. Ia tak ingin terus terlena oleh gaji yang besar dan segala kemudahan yang didapat di negeri Formosa. Selain bekerja, wanita berkerudung ini pun mengambil peluang bisnis pulsa yang ia jual pada teman-temannya sesama BMI. Bisnis lain pun dirambahnya seperti jualan online serta MLM.
Cita-cita yang Sama dengan Sang Suami
‘Jodoh pasti bertemu’ judul lagu ini rupanya cocok bagi Endang dan suaminya yang sejak SMA bermusuhan ternyata mereka berjodoh. Entah siapa yang lebih dahulu mendekati. Saat Endang berada di Taiwan, sang pacar yang kini menjadi suaminya ini menawarinya sebuah warnet yang akan dijual. Setelah bermusyawarah tentang usaha warnet yang saat ini sudah kurang diminati, mereka sepakat untuk membelinya. Sambil kuliah, sang arjuna mengelola warnetnya, dibantu seorang asisten yang saat itu diperbantukan untuk menjaga saat jam kuliah.
Imej warnet adalah tempatnya mesum dalam dunia maya, segera direformasi oleh Seftyan Farisi yang saat ini menjadi kepala rumah tangga Endang. Warnet dulunya banyak didatangi oleh anak-anak muda untuk membuka situs-situs porno kini berganti dengan para pelajar SMP, SMA, atau mahasiswa. Situs-situs porno memang sudah di-protect oleh pemilik warnet bernama ENTER.NET ini. Selain itu CCTV pun dipasang di setiap sudut. Tak ayal, awal-awal berpindah tangan warnet ini sepi dari pengunjung. Perlahan tapi pasti, warnetnya mulai ramai, apalagi setelah tahu bahwa warnet ini berbasis pendidikan. Para orang tua di lingkungan tidak khawatir kalau anaknya pergi ke ENTER.NET. Bahkan tak jarang orang tua mereka datang langsung untuk menitipkan anaknya di situ. Berbeda dengan warnet kebanyakan yang hanya menerima uang rental perangkat perjam, di sini pasangan sejoli ini dengan senang hati mengajari bagi pengunjung yang tidak paham komputer atau bahkan sama sekali pemula. Di sinilah istimewanya ENTER.NET dibanding warnet lain.
“Ada rasa bangga tersendiri yang nggak bisa diganti oleh materi saat kami bisa berbagi pengetahuan,” ujar Endang yang diamini oleh suaminya.
Bisnis Lain
Tak hanya warnet, pasangan yang menikah pada tahun 2011 juga menyediakan peralatan sekolah dan perkantoran. Seperti yang lain mereka pun ingat mengembangkan warnetnya dengan membuka cabang di tempat lain. Mereka yakin warnet berbasis pendidikan akan terus diminati karena masih jarang. Selain usaha warnet, pasangan yang ingin segera memiliki momongan ini juga berbisnis online dengan menjadi re-seller bisnis fashion.
Sebagai pebisnis di bidang fashion pasangan ini harus up to date masalah perkembangan gaya yang sedang digandrungi anak muda dan ibu-ibu yang menjadi pelanggannya. Untuk bisnis yang satu ini memang peran Endang lebih dominan. Sang suami yang pendiam lebih memilih fokus pada warnet sambil sesekali memberi masukan saran atau ide pada sang istri.
Berkembangnya usaha yang dikelola pasangan ini membuat mereka yakin untuk tidak bekerja ke luar negeri, terutama Endang yang sudah merasakan nyamannya suasana Formosa.
“Nggak pengen lagi, ke Taiwan kalau untuk bekerja. Kecuali untuk berllibur,” tutur Endang dengan optimis pada kru IndosuarA saat ditanya apakah ingin kembali bekerja ke Taiwan.
Menjadi BMI menurut mereka sah-sah saja, asal ingat tujuan utama merantau ke Taiwan. Bila ingin mencari modal, segeralah kembali ke tanah air atau tidak kembali lagi seusai kontrak kerja. Realisasikan cita-cita sebelum berangkat. Yakinlah peluang usaha di Indonesia pun terbuka lebar asal pandai mencari peluang. Jangan terlena keindahan serta kenyamanan negeri orang. Manfaatkan waktu untuk belajar/mengikuti seminar kewirausahaan yang sering diadakan oleh KDEI di Taiwan. Untuk menjadi pengusaha tak cukup hanya dengan punya modal. Pengetahuan, serta mental yang tahan banting juga sangat penting karena setiap usaha pasti mengalami kegagalan atau masa sulit sebelum dikenal orang, tuturnya berpesan. (RF)