Sudah Jatuh tertimpa tangga, istilah ini menggambarkan nasib Lusia Yuswati (47) yang pernah bekerja di Singapura dan Hongkong beberapa tahun silam yang berasal dari Kademangan Blitar dan kemudian berpindah menjadi penduduk Banyuwangi karena mengikuti Suaminya.
Kondisinya terbaring lemah tidak berdaya di ruangan kamar 3 x 3 yang ditampung Katemi (60) warga dusun Krajan RT 003 RW 004 Desa Genteng Kulon Kecamatan Genteng Kabupaten Banyuwangi. Badan Lusia kian kurus kering, deritanya kian bertambah di saat butuh perhatian dan kasih sayang dari suaminya akibat sakit kanker payudara stadium akhir.
Kanker sudah menjalar ke tulang kakinya, tiba-tiba Nanang Purwanto (47) Suami Lusia memberikan kabar bahwa Lusia telah diceraikan dan akte cerai bisa diambil di Pengadilan Agama Kabupaten Banyuwangi. Kepada Indosura Lusiana mencurahkan jeritan hatinya.
”Saya dalam kondisi seperti ini, bergerakpun sudah tak mampu, tiba-tiba suami saya menceraikan sepihak, padahal tidak ada pemberitahuan atau disuruh tanda tangan. Dulu saya bekerja di luar negeri hasilnya saya kirim buat suami, tetapi sekarang saya dibuang begini,” ungkapnya dengan suara yang serak sambil menangis tersedu-sedu.
Katemi yang dengan telaten merawat Lusia di rumahnya menjelaskan bahwa suaminya sudah tidak memberikannya uang.
”Sejak bulan Maret saya di suruh suami Lusia untuk merawatnya dan diberikan upah Rp 1,500,000 per bulan, termasuk makan, minum dan keperluan Lusia lainnya. Sebelumnya ia berada di lantai 2, dan akhirnya dipindahkan pada bulan April 2017 ke rumah saya ini, agar bisa setiap saat merawat dan mengawasinya. Sudah sebulan ini suaminya tidak memberikan uang lagi bahkan menjenguknya. Dan yang paling menyedihkan saat kami ke RS Syaiful Anwar Malang, BPJS Lusia dicabut oleh suaminya, dan tidak bilang dari awal.” Terangnya dengan wajah sedih.
Sakit yang dideritanya berawal setelah kepulangan dari Hongkong pada tahun 2014. Setelah beberapa bulan di rumah Lusia terjatuh dan pergelangan kakinya bergeser hingga tidak bisa berjalan, kemudian dibawa ke RS Al Huda Genteng dan akan dilakukan tindakan operasi.
Kaki Lusia kian mengecil.
Kemudian Lusia memberikan informasi bahwa tahun 2005 pernah menjalani kemoterapy saat bekerja di Singapura, hingga akhirnya tim dokter tidak berani melakukan operasi. Kemudian pulang ke Blitar untuk menjalani pengobatan alternatif selama setahun dan tidak ada perubahan hingga kembali lagi ke Banyuwangi.
”Saya sekarang hanya bisa pasrah, ayah ibu saya juga sakit di Blitar. Di sini saya tak punya siapa-siapa kecuali bu Katemi dan anak-anaknya yang mau menerima saya sebagai keluarganya. Semoga saya masih bisa diberikan kesembuhan,” harap Lusia.
Krishna Adi purna TKI Taiwan memberikan sumbangan dari rekan-rekan Taiwan.
Indosuara berkesempatan membesuk sekaligus menyampaikan Sumbangan perawatan dari BMI Taiwan. Bagi rekan-rekan yang ingin memberikan sedikit sumbangan untuk Lusia, silahkan menghubungi kontributor Indosuara, Khrisna Adi dengan nama facebook Krishna Adi atau nomor +6282221119099. (ka)