Foto: Hariyanto, menceritakan kasus-kasus yang ditangani, Minggu, 6 Mei 2018. Sumber: TEMPO/Suci Sekar
Sebagai Ketua Umum Serikat Buruh Migran Indonesia atau SBMI, Hariyanto, menghadapi banyak permasalahan TKI yang harus dibantu penyelesaiannya. Sejak Januari 2018 sampai Maret 2018, pihaknya menerima hampir 800 pengaduan TKI bermasalah.
Hariyanto bercerita, dari ratusan kasus yang pernah ditanganinya, ada dua kasus yang sampai sekarang sulit dilupakan.
Pertama saat mengupayakan penyelesaian kasus TKI di Arab Saudi bernama Mainah, 41 tahun, dari Indramayu.
Mainah dituduh membunuh dua anak majikan dan sudah divonis hukuman mati. Dia sudah berada dipenjara hampir empat tahun, tetapi berhasil lolos dari hukuman berat itu.
Keyakinan tim SBMI terjawab saat ada seorang dokter dari Mesir di Arab Saudi mengajukan diri untuk melakukan autopsi ulang. Hasilnya, dokter tersebut menyimpulkan tidak mungkin luka-luka sayatan di tubuh dua anak majikan Mainah itu ditujukan untuk membunuh.
Hasil autopsi ini pun akhirnya membuka tabir kebenaran. Mainah sebenarnya berusaha menyelamatkan dua anak majikannya yang sedang bermain perang-perangan dengan menggunakan silet. Jika Mainah satu jam saja terlambat menolong, maka dua anak majikannya itu bisa benar-benar tewas kehabisan darah.
Kasus kedua yang masih teringat di kepala Hariyanto adalah saat menolong dua TKI remaja perempuan asal Indramayu yang menjadi korban perdagangan manusia. Remaja itu berusia 16 tahun dan 18 tahun yang dijanjikan bekerja sebagai asisten rumah tangga di Malaysia, namun faktanya malah dijadikan pekerja seks.
Salah satu korban berhasil menghubungi keluarga dan menceritakan nasib mereka. Upaya memulangkan korban tidak mudah karena pelaku perdagangan manusia ini mencoba mengelabuhi dan tidak ada kepolisian yang mau membantu.
Upaya membebaskan korban diselimuti ketegangan dan aksi saling kejar bak film-film laga. Pelaku ‘melempar’ salah satu korban dari kendaraan yang ditumpangi dan segera melarikan diri.
“Saat kami tolong, korban ini malah bilang tolong selamatkan temannya yang lebih dulu dilempar ke jalan tol. Temannya dalam keadaan lumpuh karena dipukuli. Namun saat kami cari ke area yang dituju, korban yang dimaksud sudah tidak ditemukan,” kata Hariyanto.
Secara mengejutkan, korban hilang itu satu tahun kemudian muncul. Dia rupanya diselamatkan oleh seorang sopir truk yang hampir melindasnya di jalan tol. Sopir truk itu merawat korban yang trauma berat dan sulit bicara. Kedua TKI korban perdagangan manusia itu, sekarang berada di Indonesia dan beberapa kali terlibat dalam kampanye melawan perdagangan manusia. (Ol)