Foto: Ari Puspita Sari, perawat RS Royal yang meninggal dalam kondisi hamil dipastikan positif covid-19. Sumber kompas.com
Profil perawat RS Royal Surabaya Ari Puspitasari yang meninggal dunia setelah terinfeksi virus corona covid-19 terungkap. Perawat RS Royal Surabaya ini meninggal dalam kondisi hamil 4 bulan. Ari Puspitasari meninggal setelah dirujuk ke RSAL dr Ramelan setelah beberapa hari sebelumnya dirawat di RS Royal Surabaya. Juru bicara penanganan Covid-19 RS Royal dr Dewa Nyoman Sutanaya mengatakan, perawat tersebut menghembuskan nafas terakhir di RSAL pada pukul 10.50 WIB, Senin (18/5/2020).
Ari dimakamkan pihak RSAL sesuai protokol covid-19. Berikut profil perawat RS Royal Surabaya dan fakta-fakta terbaru:
- Datang sudah kritis Humas RSAL dr Ramelan Surabaya, drg Aldiah menerangkan hasil tes Swab PCR yang dilakukan RS Royal menunjukkan bahwa Ari positif terinfeksi virus corona. Namun Aldiah mengaku tidak mengetahui pasti kapan hasil tersebut keluar. Aldiah memprediksi, tes Swab PCR biasanya 4-5 hari setelah pengecekan. Aldiah tidak tahu kapan keluarnya hasil swab tapi Ari dirawat di RS Royal sejak 8 Mei. Hasil pemeriksaan Swab itu keluar 4-6 hari berarti bisa jadi sebelum masuk RSAL sudah keluar hasil positif. Aldiah menceritakan kondisi Ari saat pertama kali datang ke RSAL. Menurut pengamatannya, Ari datang sudah dalam keadaan kritis. Ditandai dengan adanya penggunaan inkubasi saat datang. Masuk RSAL sudah langsung masuk ruangan khusus ICU Covid-19.
- Masih muda, baru 2 tahun bekerja Ari Puspita Sari, perawat RS Royal Surabaya yang meninggal dunia bersama calon bayinya diduga akibat terpapar COVID-19. Pihak RS Royal Surabaya menjelaskan lebih detail profile tenaga medis yang telah meninggal dunia di RSAL pada Senin (18/5/2020) tersebut. Ari Puspita Sari merupakan warga Surabaya dan menghembuskan nafas terakhir saat menginjak usia 26 tahun. Juru bicara penanganan Covid-19 RS Royal dr Dewa Nyoman Sutanaya mengatakan, Ari sudah dua tahun tergabung menjadi tenaga medis.
- Tak miliki penyakit kronis Sementara saat disinggung riwayat kesehatan Ari, Dewa memastikan perawat tersebut tidak memiliki laporan adanya penyakit kronis. Yang diketahui Ari sedang hamil. Tapi secara keilmuan memang orang hamil lebih rentan (terpapar Corona). Karena hamil, selama bekerja sudah ada protokol jika Ari tidak merawat pasien di ruang isolasi. Pendapat ini dibenarkan Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jawa Timur, Joni Wahyuhadi. Joni menjelaskan, orang hamil memang termasuk dalam kategori yang rentan ketika terjangkit COVID-19 karena imunitas dan metabolisme yang berubah.
Kondisi orang hamil itu betul-betul harus dijaga. Imunitas orang yang sedang hamil itu berubah. Respons terhadap virus dan penyakit juga berubah. Sebab itulah, Joni menekankan pentingnya masyarakat untuk memahami tujuan dari Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk tetap menjaga physical distancing, memakai masker, dan protokol pencegahan penyebaran Covid-19 lainnya. Seperti orang dengan diabetes kemungkinan mortalitas akibat Covid-19 itu 1,6 kali lebih besar dari orang normal. Jantung lebih besar lagi. Termasuk orang lansia, risikonya 2,51 kali lebih besar.
- Hoax suami meninggal dunia Setelah meninggalnya Ari ramai kabar di media sosial bahwa sang suami juga tutup usia. Bahkan di grup WhatsApp tersebar sebuah tangkapan layar yang berisi pesan singkat, suami Ari meninggal di ruang ICU Rumah Sakit Angkatan Laut (RUMKITAL) Dr. Ramelan Surabaya atau yang biasa disebut RSAL. Terkait hal itu, drg Aldiah Humas RSAL mengklarifikasi, bahwa kabar itu salah. Senin (18/5/2020) pukul 13.30, suami Ari masih mendampingi waktu jenazah dimakamkan di TPU Keputih). Sementara saat ditanya kondisi suami Ari sekarang, Aldiah tidak bisa memberikan keterangan karena bukan pasien RSAL. Aldiah menjelaskan kalaupun suami Ari harus dites harus lewat tahap rapid dulu.
- Pemprov Jatim Ucapkan Duka Menanggapi hal tersebut, Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak mengatakan, kejadian meninggalnya perawat tersebut menjadi motivasi bagi pemerintah untuk terus memperbaiki sistem pelayanan kesehatan. Dalam kesempatan itu Emil juga menyampaikan duka cita atas meninggalnya perawat tersebut.
“Kami berduka, kita dengar ada perawat yang meninggal dunia. Atas nama Pemprov Jatim, kami sampaikan duka cita mendalam,” ucap Mantan Bupati Trenggalek ini. Sebelumnya, sebuah video yang merekam detik-detik perawat ini didorong oleh 7 rekannya menggunakan alat pelindung diri (APD) keluar dari sebuah ruangan viral di media sosial. Tampak seorang perawat terbaring di tempat tidur pasien menggunakan alat bantu pernafasan (ventilator). Saat diamati, video berdurasi 52 menit itu seolah menceritakan, perawat tersebut akan dipindahkan ke ruangan khusus untuk dapat penanganan yang lebih maksimal.
Saat perawat itu hendak memasuki lift, beberapa kawan kerjanya menyebut nama nakes itu berulang kali sambil menangis. “Ya Allah ari, ari, ari ari,” kata perekam sambil menangis. Ketika perawat bernama Ari masuk ke lift, sudah ada banyak nakes melihatnya sambil menangis. Bahkan, didurasi ke 47 detik terdapat satu nakes memakai baju hijau menangis sampai tubuhnya terjatuh lemas. Adapun nakes lain yang menopang nakes berbaju hijau yang menangis. Mereka juga terlihat menangis bersama sambil mengusap air matanya dengan tisu. Suasana sangat haru. (ol)